Humaniora

Tragedi Setan (69) : Iblis di Antara Kezuhudan yang Rumit

Dan dari sekian banyak anggur Iblis telah menjadi Adam; kutukan Iblis dikhususkan dengan pilihan yang hati-hati. Syair-syair puisi dari Rumi ini bukanlah ditujukan untuk memberikan pelipur lara terhadap Iblis.

Tujuannya adalah untuk mendorong orang-orang yang memulai Jalan Spiritual agar memberikan dirinya dengan sepenuh hati kepada Jalan Spiritual itu dan terhadap petunjuk dari sang syekh yang akan membimbingnya.

Walaupun ada rasa sakit, keputusasaan, serta kekuatan Iblis, para murid tidak boleh kehilangan harapan, dan tidak terlalu memikirkan kelemahan pribadinya.

Dia harus senantiasa tetap memelihara pandangannya terpusat pada wajah Yang Maha Pengasih, yang kekuatan-Nya dapat mengubah kelemahan manusia menjadi penyatuan cinta. Itu karena Dia mampu. Jika Dia kehendaki, mengubah Iblis menjadi orang suci yang paling besar pun bisa.

Dalam peperangan berdarah Engkau memenangkan setiap kemenangan dengan pedangMu. Dan dari barang-barang rampasan yang tak bergunaMu menyebabkan setiap Iblis menjadi seorang Muslim.

Penyelidikan ini telah jauh membawa kita pada teks-teks yang saling berhubungan, yang mengandung unsur-unsur pembentukan biografi mitos Iblis.

Al-Qur'an, tafsir, hadits, qisas, dan teks-teks sejarah masing-masing telah memainkan peranan penting dalam membentuk legenda tentang Iblis. Dari sumber-sumber ini, telah dimulai suatu penyelidikan yang lebih rinci ke dalam perkembangan motif Iblis di dalam suatu konteks Kesufian secara khusus.

Apa yang dapat disebut sebagai unsur penyatuan yang mendasari bagian utama dari tahap pengamatan kedua ini adalah keyakinan yang dikemukakan oleh semua praktisi Sufi yang karyanya dikutip, bahwa Iblis merupakan sebuah kekuatan negatif di dalam kehidupan spiritual.

Namun demikian, keyakinan ini dalam cara apa pun tidak membatasi ruang lingkup Iblis yang senantiasa berkembang, baik sebagai figur mistik maupun sebagai simbol religius.

Sebaliknya, keterlibatan Iblis dalam kehidupan Sufi mencakup pembahasan-pembahasan psikologi agama yang sederhana sampai pertemuan-pertemuan yang dramatis, sangat berharga, yang menggambarkan keasyikan Sufi dengan masalah-masalah kezuhudan dan teologi yang rumit, sebagaimana seseorang itu dapat berhubungan dengan iradah dan amr Allah.

Walaupun variasi-variasi yang halus dan kompleks telah berbentuk di dalam kepribadian Iblis, motivasi dominan yang ditemukan dalam inti wujudnya adalah kejahatan yang tidak memiliki rasa malu, sekalipun mampu menutupi dirinya sendiri dalam beberapa bentuk penampilan tertentu.

Putusan akhir yang dikemukakan oleh para Sufi yang memperhatikan Iblis dalam cara pandang seperti ini adalah "bersalah, tanpa ada keraguan". Selain itu, dalam perkiraan mereka, tak ada harapan yang memungkinkan bagi perbaikan atau pemulihan namanya di masa yang akan datang. Iblis dikutuk sampai siksa api neraka yang abadi. (jss/bersambung)

 


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar