Humaniora

Tragedi Setan (39) : Iblis Itu Memanipulasi Kebaikan

Iblis yang perkembangannya telah dipelajari sedemikian jauh merupakan sebuah figur yang sumber ceritanya berasal dari, dan sangat berhubungan erat dengan, catatan-catatan hadits dan mitos-mitos yang dikumpulkan dalam buku-buku petunjuk hadits yang diceritakan secara panjang lebar dalam Al-Qur'an.

Di tangan para Sufi, motif Iblis telah mengalami perkembangan dan penambahan, serta telah mendapatkan suatu karakter kesufian yang khusus. Selain itu, ada banyak literatur Iblis yang akan digali, yang dengan sendirinya berhubungan, bahkan secara lebih erat, dengan jalan hidup para Sufi.

Ini memberi tambahan secara lebih jelas dan mendalam karakter figur setan bagi orang-orang Muslim. Pola mengganggu para Sufi yang lebih bersifat simpang-siur dan licik itu Iblis memperlihatkan sisi-sisi kepribadiannya yang dalam dan rumit.

Tak seorang pun perlu mempertanyakan kesiapsediaan Iblis untuk tugas yang dipilihnya. Dia benar-benar berpengalaman dalam semua disiplin hukum dan spiritual. Yang paling cerdik di antara makhluk-makhluk, berkenaan dengan apa yang halal, sesuatu yang tidak dilarang hukum, adalah Iblis.

Dan dia diketahui fasih membawa para makrifat, gnonis spiritual. Akibatnya, kecerdikan Iblis yang paling besar adalah mengubah kebaikan, dalam bentuk apa saja yang terlihat, kepada tujuannya sendiri yang tentu saja tidak baik.

Yang sangat penting bagi seorang pemula yang masih muda adalah petunjuk spiritual dari seorang guru dan nasihat bijak dari seorang teman karib. Si murid biasa menempatkan kepercayaannya yang membabibuta pada seseorang seperti itu. Dan Iblis masuk melalui tokoh-tokoh seperti itu. Dia akan diarahkan orang itu untuk perkembangan spiritualnya, atau sebaliknya untuk pelaknatan abadinya.

Dengan berpura-pura berperan sebagai pembimbing yang bijak, dan penuh kasih sayang, Iblis memenangkan hati banyak pemula. Racun, sebagaimana Rumi katakan, tersembunyi dalam kata-kata dan perbuatan-perbuatan yang berbalut gula. Hanya orang bijak yang akan waspada melalui penciumannya. Sayangnya, orang awam hanya akan mengetahui setelah racun-gula itu menyentuh mulutnya.

Mulutnya meludahkannya sebelum racun itu mencapai kerongkongan, walaupun setan terus mengatakan, "makanlah!"

Tak ada musuh yang paling buruk selain dari teman seperti Iblis yang berusaha dengan susah payah berjuang untuk bisa menjadi teman dekat dan kemudian menyebabkan anda tersesat, kata Muhasibi.

Dia seperti tukang besi. Jika dia tidak membakar anda dengan panas apinya, penciumannya, dalam keadaan apa pun, akan menyerap anda. Dan pada suatu saat anda akan menjadi seperti dia.

Inti dari pendekatan oleh Iblis ini terdapat tanda-tanda yang meperlihatkan, sesuatu atau seseorang yang sama menyebabkan hal yang sama. Seorang pemburu tidak berusaha untuk menjerat mangsanya dengan seekor gagak sebagai umpannya.

Keefektifan tipu daya yang bersifat merusak ini merupakan persembahan bagi kebusukan Iblis. Karena ini keterampilannya untuk memanipulasi kepribadian manusia.

Jangan mendengar bujukan dari seorang teman setan. Hati-hatilah! Lihat jeratnya! Berjalan tidak dengan kesalahan di bumi. Lihatlah ratusan ribu Iblis berkata,"la hawla!" Wahai Adam, lihatlah Iblis dan ular. Dia memperdaya, sambil berkata kepadamu, "Wahai sang kekasih!" Sedemikian rupa seorang tukang daging, dia akan menguliti sang kekasihnya.

Teman yang bersifat merusak seperti setan dan yang jahat, pada dasarnya mungkin saja kita memandang tampang luarnya. Melihat sekilas wajah sebenarnya yang seperti Iblis dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan agar terhindar dari penipu tersebut.

Namun, Iblis memiliki rencana yang jauh lebih mengejutkan, untuk menggantikan rupa persekongkolan jahat sebelumnya. Persekongkolan ini untuk mendorong manusia mengerjakan perbuatan-perbuatan baik. Setan apa itu?

Kelihatannya bukan apa-apa, tapi Iblis dengan hati-hati memilih untuk mendesak seseorang kepada kebaikan yang lebih kecil. Dan mencegah seseorang beralih kepada apa yang mungkin merupakan tindakan yang lebih buruk.

Pikiran menemukan Iblis pada perbuatan-perbuatan terpuji seseorang tidaklah mudah bagi para Sufi untuk menerimanya. Al-Muhasibi menyebut, ia menolaknya mentah-mentah. Dalam pikirannya, akibat terbebas dari menerima pernyataan itu, Iblis memberikan tenaga penggerak bagi sebuah perbuatan yang secara spiritual menguntungkan.

Ia akan menjadikan upaya-upaya manusia menjadi tak berguna untuk mengenal dan membedakan sumber khawatir, yaitu apakah semua itu berasal dari malaikat atau jiwa yang rendah. (jss/bersambung)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar