Ekonomi

PT Sampoerna Agro (Tbk) Punya Stok Sawit 23.268 Ton

TBS kelapa sawit. (Int)

JAKARTA - Head Of Investor Relations PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO), Michael Kesuma mengatakan, pada kuartal III 2018, SGRO memiliki stok sawit sebanyak 23.268 ton. Dengan estimasi harga per kilogram senilai Rp7.000, maka SGRO akan mengantongi dana sebesar Rp162,87 miliar pada kuartal IV 2018 nanti.

SGRO juga mencatat total produksi minyak sawit sebesar 289.484 ton pada sembilan bulan pertama 2018, atau 29 persen lebih tinggi dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Sementara total produksi tandan buah segar inti (TBSI) pada kuartal III 2018 naik 26 persen menjadi 792.466 ton, dan total produksi tanda buah segar eksternal (TBSE) tumbuh 34 persen menjadi 605.810 ton.

Namun, kata Michael, lonjakan volume produksi yang terjadi pada kuartal III 2018 tidak sepenuhnya terealisasi pada kinerja keuangan SGRO. 

"Hal tersebut diakibatkan adanya peningkatan jumlah persediaan di akhir September, sebagai dampak dari permasalahan logistik yang terjadi pada industri sawit secara nasional, khususnya di tengah periode panen sedang memuncak," kata Michael.

Maka Michael bilang, strategi yang akan dilakukan SGRO ke depan adalah berupaya memberikan hasil yang optimal secara operasional. "Terutama kami akan terus genjot hasil kinerja kebun, mengingat harga komoditas tak bisa diprediksi pergerakannya," ujarnya.

Ia berharap kebijakan-kebijakan pemerintah seperti B20 bisa berjalan efektif dan harga CPO dapat kembali bergerak naik sehingga bisa membantu memperbaiki kinerja.

Namun karena harga komoditas banyak ditentukan faktor eksternal, maka strategi utama SGRO adalah memaksimalkan kinerja operasional dengan meningkatkan pengelolaan kebun. "Misalnya kami akan terus berupaya meningkatkan produktivitas dan kualitas tanaman yang terbaik, lewat riset kami dengan PT Sriwijaya untuk menghasilkan bibit-bibit kelapa sawit yang unggul," tuturnya.

Upaya SGRO yang lain adalah melakukan diversifikasi baik secara geografi yaitu dengan terus mengembangkan perkebunan kelapa sawit di Sumatera dan Kalimantan serta melebarkan sayap ke segmen bisnis lain seperti sagu maupun karet.

SGRO membukukan penurunan total penjualan 10 persen menjadi Rp2,28 triliun hingga September 2018. Padahal pada periode sama tahun lalu SGRO mampu mencatatkan penjualan Rp2,53 triliun.

Penjualan minyak sawit yang menjadi penyumbang terbesar, turun 6 persen yoyo menjadi Rp1,85 triliun. Kenaikan volume penjualan yang sebesar 4 persen tidak mampu mengimbangi penurunan harga jual yang mencapai sebesar 9 persen.

Sementara, beban pokok penjualan pun turun 8 persen menjadi Rp1,68 triliun dari Rp1,83 triliun pada periode sembilan bulan pertama tahun lalu. Alhasil, laba bersih SGRO turun 17 persen menjadi Rp168,84 miliar pada periode September 2018 dari Rp203,49 miliar pada periode September tahun lalu. Efi


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar