Humaniora

Woww, Ada yang Cari Pesugihan di Bledug Kuwu

Ini keyakinan yang masih dipercaya. Ada salah satu tempat keramat di sekitar Bledug Kuwu, yaitu Punden Mbah Ro Dukun. Letaknya di sebuah bledug kecil di sebelah timur laut bledug besar. Di sebelah bledug itulah terdapat Punden Mbah Ro Dukun.

Bentuknya berupa bangunan kecil sebagai tempat berteduh sekaligus ‘nyekar’ bagi orang-orang yang minta sesuatu atau pesugihan. Lokasinya diberi pagar besi. Bagaimana ritual untuk sowan di punden itu?

Adalah Ngadiman (70), salah satu juru kunci punden Mbah Ro Dukun. Ia selalu melayani siapa saja tamu yang akan sowan. Baik sekadar untuk minta kelancaran usaha hingga mencari pesugihan. Namun, para tamu harus menjalani ritual khusus yang dibimbing sang juru kunci.

Apa yang harus dipersiapkan untuk sowan ke Mbah Ro Dukun? Ngadiman menyebutkan, di antaranya yang menjadi syarat utama adalah kembang telon, kemenyan dan merang (jerami). Apabila tidak ada menyan, cukup dengan merang. Namun, dalam keyakinan mereka kemenyan akan lebih afdol.

Setelah sampai di punden, Mbah Ngadiman membaca sesuatu. Namun, tidak terdengar. Padahal mulutnya komat-kamit. Ia menyuruh untuk mengelilingi bledug kecil (punden) yang permukaannya digenangi air lumpur diameter sekitar 1,5 meter. Sedangkan luapan lumpur umumnya lebih dari 2 meter. Ia menyuruh untuk berjalan keliling punden 3 kali.

Sementara berjalan keliling, Mbah Ngadiman melakukan upacara sambil duduk jongkok di salah satu sisi bledug. Doa-doa atau mantra-mantra berbahasa Jawa diucapkannya. Salah satu ucapan yang sempat terdengar adalah ‘Mbah Dukun Sak Punggawane’…… Selanjutnya adalah kalimat-kalimat yang isinya memberitahukan tujuannya kepada ‘penunggu’ punden atas kedatangannya bersama tamu yang dibawanya.

Selesai berjalan keliling berlawanan arah jarum jam, Mbah Ngadiman menyuruh berjalan keliling sekali lagi. Ketika itu, ia telah membakar merang (jerami) dan kemenyan. Dikatakan, apabila kemenyan yang dibakar tidak kunjung menyala, itu merupakan isyarat bahwa Mbah Ro Dukun kurang berkenan. Jika kemenyan gampang menyala dan makin besar apinya berarti kedatangan tamu itu akan banyak berhasilnya. Sebab, Mbah Ro Dukun menyukai tamu itu.

Secara kebetulan, ketika itu menyan yang dibakar oleh Mbah Ngadiman langsung menyala dan mengepulkan asap yang banyak. “Kedatangan kita disambut baik. Sebab, nyala api kemenyan besar,” kata Mbah Ngadiman.

Tamu itu diminta berjongkok di sebelahnya. Setelah menanyakan nama dan pekerjaan, Mbah Ngadiman memohon kepada Punden Mbah Ro Dukun, dengan kalimat ‘Mbah Dukun Sak Punggawane muga-muga ….(nama)..nyambut gawe lancar, …. (tergantung keperluan tamu)’.

Di punden Mbah Ngadiman, ia juga mengatakan, apabila doa-doa yang disampaikan tadi terkabul, maka akan dilakukan nyadran di tempat itu sambil membawa panggang ayam dengan tusuk bambu.

Mbah Ngadiman mengatakan, bahwa ia harus menyediakan beberapa persyaratan lainnya sebagai persembahan kepada Mbah Ro Dukun. Yakni, berupa aneka warna bubur, seperti bubur putih dan bubur merah. Untuk ini biasanya tamu hanya tahu jadi dan menyerahkan sepenuhnya kepada juru kunci dan menyediakan biaya untuk keperluan itu.

Menurut Mbah Ngadiman, apabila ingin permintaan cepat terkabul, hari yang baik untuk melakukan ritual di punden Mbah Ro Dukun adalah pada hari Kamis Wage malam Jumat Kliwon.

Bagi masyarakat Grobogan, punden Mbah Ro Dukun sudah tidak asing lagi. Selain dikenal sebagai tempat keramat, punden itu dipercaya sebagai tempat pesugihan, walaupun untuk yang terakhir ini para juru kunci kurang sependapat.

Setelah melakukan ritual, juru kunci mengambil sebatang bambu bekas tusuk ayam panggang yang dikumpulkan di salah satu pojok punden dan mematahkan bagian runcingnya.

Diambil juga secuil tanah dari luberan lumpur bledug, dan terakhir diambil beberapa helai kembang kering sisa orang nyekar. Ketiga benda itu oleh juru kunci dibungkus dengan kertas atau daun pisang dan diserahkan kepada tamu bersangkutan.

Menurut Mbah Ngadiman, benda-benda itu merupakan wujud dari keberadaan Mbah Ro Dukun. Untuk itu benda ini agar dibawa dan disimpan baik-baik.

Kata Mbah Ngadiman, itu bisa dimanfaatkan sebagai jimat atau keperluan lain. Malah kalau punya musuh dan ingin menghancurkannya bisa dengan menggunakan ketiga benda itu. ag/jss


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar