Ekonomi

Impor India Turun Hampir 50%, Harga Minyak Sawit Anjlok

Kenaikan bea masuk ekspor minyak sawit ke India, perang dagang China-AS yang diikuti stok minyak ini yang berlimpah di Negeri Panda menyebabkan harga minyak sawit tertekan dan melemah. Dan jadi buah simalakama bagi Malaysia, karena bertepatan dengan pengembalian pajak ekspor di Negeri Jiran itu.

Ini dikatakan Dorab Mistry, yang menganalisis faktor-faktor yang menjadi penyebab penurunan harga minyak sawit yang menyentuh harga terendah di pekan-pekan ini.

Pengenaan bea impor India terhadap minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) yang naik tinggi adalah penyulut situasi dilematis itu. Ini menyebabkan posisi CPO digeser soyoil dan minyak bunga matahari yang harganya lebih murah.

Sedang China yang sebelumnya telah melakukan impor minyak sawit yang berlebihan tidak bisa menstabilkan permintaan pasar. Akibat itu, maka pelemahan permintaan beberapa pekan terakhir ini menyeret pada harga.

Dari data Pemerintah Malaysia, ekspor Negeri Jiran itu turun hingga 15,7% pada bulan Mei-Juni. Sedang menurut data Surveyor Kargo, angka penurunan itu 12,6-14,1% selama tanggal 1-25 Juni.

Perlambatan permintaan India memang akibat bea impor yang naik tinggi. Dan anjloknya harga itu untuk Malaysia, karena pengembalian pajak ekspor minyak sawit mentah Malaysia yang sebelumnya diturunkan selama empat bulan.

Seperti diketahui, Malaysia pada bulan Mei memulihkan kembali pajak ekspor atas minyak sawit mentah setelah empat bulan ditaangguhkan.

“Ini yang menyebabkan jatuhnya harga baru-baru ini. Pekan lalu, minyak sawit berjangka mencapai titik terendah sejak Juli 2016 pada level RM2.238 per ton,” kata Dorab Mistry.

Menurut Dorab, penurunan itu sangat tajam. Setiap bulan India mengimpor 800.000-850.000 ton sawit. Dan sekarang, hanya setengahnya dari permintaan itu.

"Kami melihat pengiriman ke India ambruk pada bulan Mei. Pada akhir Mei, minyak sawit yang dikirim ke India dari Indonesia dan Malaysia hanya mencapai 470.000 ton. Ini artinya terjadi penurunan hampir 350.000 ton," kata Dorab.

Menurut Dorab Mistry, volume impor India ini akan tetap stagnan. Alasannya, India lebih banyak mengimpor soyoil dan minyak bunga matahari yang harganya kompetitif.

India telah menetapkan bea impor untuk soyoil mentah dan minyak bunga matahari sebesar 35%. Sedang bea impor untuk minyak sawit mentah 44%.

"India adalah alasan utama runtuhnya permintaan minyak sawit. Pada bulan Juni kami melihat kemungkinan yang sama, di mana pengiriman ke India hanya akan menjadi 500.000 ton. Belum bisa kembali normal 800.000-850.000 ton," tambahnya. tem/jss


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar