Humaniora

Misteri Anak Gendruwo (3) : Memohon Anak Melepas Ayam Putih

Tepat hari Jumat Legi. Desa tempat tinggal Wakijem mengalami musim dingin yang parah. Udara berkabut. Jarak pandang hanya radius meteran. Rumah-rumah tetangga seperti hilang ditelan halimun tebal. Dan siapa saja yang tinggal di rumah tak akan betah tanpa berselimut sarung. Apalagi yang hendak keluar rumah.

Musim yang tak biasanya itu merupakan hari ketujuh setelah Wakijem menyerahkan sesaji ayam putih mulus ke pura tua. Sesaji itu, menurut kepercayaan orangtua di wilayah Alas Purwo, merupakan puncak permohonan.

Jika dengan sesaji itu permohonan tetap belum dikabulkan, maka masih ada satu lagi yang bisa dilakukan. Yaitu menerobos ke tengah Alas Purwo. Mandi di Sendang Sat untuk membersihkan diri dari noda. Berjalan di pasir Gotri. Dan setelah itu, yang bersangkutan harus masuk gua untuk melakukan semadi di Gua Istana.

Di tengah udara yang sangat dingin itu, di rumah Wakijem tak ada yang berubah. Wanita ini sudah terbiasa bangun sejak ayam belum berkokok. Wanita ini berkutat di dapur. Menyorongkan ranting-ranting kayu kering. Menyalakan korek api. Dan tak lama kemudian pendiangan dari batu mulai dipenuhi nyala api.

Di dekat pendiangan itulah wanita ini menghangatkan diri sambil bekerja, membuat makanan ringan rempeyek.

Ketika makanan kecil itu sudah terhampar di anyaman bambu untuk didinginkan, Gimo, suami Wakijem, mengikuti jejak wanita ini. Ia bangun. Menyeruput kopi yang ada di meja kayu. Mengambil tembakau dan melinting dengan daun jagung. Membakarnya. Dan dengan nafas dalam-dalam ia menghisap rokok lintingan sendiri itu dengan nikmat.

Laki-laki ini hanya sempat bicara sebentar dengan Wakijem. Setelah itu ia mengambil cangkul. Menyilangkan kain sarungnya di pundak, dan laki-laki ini pun keluar rumah.

Ia menerobos tebalnya kabut. Ia berusaha melawan dinginnya udara pagi. Gimo pergi ke ladang, menyiangi tanaman jagung yang mulai menghijau, dan mencegah babi hutan yang terkadang merusak tanaman yang sudah mulai melebat itu. (Djoko Suud Sukahar/bersambung)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar