Politik

Seks Caligula (41) : Berjualan Perempuan Telanjang

Jika di masyarakat biasa kondisinya sangat kacau, maka tak terbayangkan betapa ruwetnya di dalam bui. Penjara di kota ini benar-benar barbar. Siapa kuat dia yang menang. Dan yang lemah, akan menjadi bulan-bulanan para narapidana liar. Caligula kini tinggal di antara para penjahat itu. Namun adakah laki-laki ini merasa menderita berkumpul dengan para penjahat yang bertabiat kasar itu? Ternyata tidak. Sebab, raja ini memang sudah tak mampu berpikir jernih. Otaknya telah 'miring'. Ia merasa menjadi hero. Manusia setengah dewa, yang mampu berbuat apa saja yang diinginkan. Untuk itu, berkumpul bersama para penjahat, baginya, tak ada masalah. Caligula merasa biasa-biasa saja dikelilingi narapidana. Di dalam penjara Romawi ini terdapat seorang penguasa informal. Ia bajingan kakap yang disebut Si Brewok. Sebutan itu berasal dari tampangnya yang seram. Wajahnya dipenuhi bulu. Kendati tubuh penguasa ini agak pendek dan terkesan lemah, tetapi secara faktual, sebenarnya dialah yang mengendalikan penjara ini. Para napi takluk padanya. Juga para petugas yang menjaga penjara ini. Dia mendapat hak istimewa. Sebab pada hakekatnya, dialah raja bagi para bajingan yang dipenjara dalam bui Romawi ini. Si Brewok ini punya dagangan yang amat laris di dalam penjara. Dagangannya digelar di jalanan. Para napi yang ingin membeli tinggal datang dan mencicipi di tempat. Setelah puas dan membayar uang pada Si Brewok, mereka pun kembali ke tempat masing-masing. Apakah dagangan Si Brewok ini? Jangan kaget, perempuan. Laki-laki ini punya tiga perempuan. Mereka telanjang, dan disuruh tidur telentang. Napi yang sudah tak kuat menahan nafsu birahinya akan 'belanja' pada Si Brewok. Kalau uangnya banyak bisa mengajak perempuan itu untuk tidur barang sejenak. Tapi kalau uangnya hanya sedikit, maka para napi itu hanya bisa 'belanja' mentowel payudara atau kemaluan perempuan itu saja. (jss/bersambung)  


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar