Politik

Burung Surga (44) : Raja Ikuti Tiga Maling Sakti

Ketiganya tengah berjalan mencari sasaran di gelap malam sambil saling berbisik. Suaranya berdengung. Melihat ketiganya, Raja berjalan mengikuti dari belakang. Dengan hati-hati diikutinya ketiga orang bertopeng itu. Maling pintar berucap kepada kedua temannya, bahwa malam minggu lalu ia ikut serta pesta di rumah Ki Patih yang diselenggarakan sang juragan kaya. Ia mendengar bisik-bisik di antara para hadirin, Ki Patih sedang merencanakan pemberontakan dengan pembunuhan rahasia kepada rajanya. Jika berhasil, sang juragan akan menggantikan kedudukan Ki Patih. Rencana pemberontakan itu tampak didukung para pejabat penting kerajaan. Sebagian pejabat telah sepakat mendukung Ki Patih serta ikut mempersiapkan pemberontakan yang sama sekali tak disadari oleh sang Raja. Si Maling Satria menyahut, Ki Patih ternyata penuh rasa dengki, sehingga tidak pantas menjadi tulang-punggung negara. Bukankah Sang Raja telah memberi kepadanya kemuliaan selama hidup, tetapi mengapa dibalas dengan keburukan. Bagaimana nanti jika ia benar-benar berhasil menjadi raja, negara akan bisa rusak. Begitu Si Maling Satria itu mendamprat Ki Patih dengan berbisik-bisik di antara ketiga pencuri. Dengan jelas Sang Prabu mendengar apa yang menjadi pembicaraan ketiga maling itu. Lalu semakin dekat menjadi lebih jelas lagi. Sang Prabu mulai menyadari, bahwa mungkin inilah makna dongeng yang telah ia beli beberapa waktu lalu. Saking asyik memikirkan apa yang baru didengar yang membuatnya menyadari betapa gawat keadaan kerajaan, tanpa terasa sang Prabu terbatuk kecil yang membuat ketiga maling itu segera tahu, bahwa ada orang yang mengikuti di belakang. Ketiga maling itu serentak membentak. Mereka bertanya, siapa yang berada di belakangnya. Sang Prabu menjawab, bahwa dirinyalah yang kini sedang berada di belakangnya. Maling pintar bertanya, apakah ia petugas jaga kerajaan atau sama-sama maling seperti dirinya. Padahal mereka itu adalah maling hebat tapi tidak tahu kalau selama ini ada yang menguntitnya. Jika ia maling sama-sama seperti mereka, maka mungkin bisa bergabung saja karena mereka masih perlu dua teman lagi. Sang Prabu yang menyamar itu mengatakan, bahwa dia adalah Maling Hebat. Karena itu berani tampil sendirian tidak seperti ketiga maling itu. Maling Sakti meminta Maling Hebat bergabung dengan ketiganya. Namun sebelumnya mereka menanyakan, apa yang hendak dicurinya. Sang Prabu (Maling Hebat) menyatakan, bahwa ia hendak mencuri di rumah sang juragan sahabatnya Ki Patih. Si Maling Pintar menghardik. Jika si Maling Hebat hanya ngaco saja dan tak akan berhasil jika sendirian. Ketiganya sepakat mengajak Maling Hebat untuk bergabung lalu berempat menuju sasaran. (jss/bersambung)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar