Bulan sedang bersinar penuh. Di sudut benteng istana, Ennia dan Macro masih sama-sama telanjang. Mereka melepas penat sehabis bersebadan. Keduanya telentang. Merentang tangan, dan membiarkan semilir angin membuainya ke alam impian. Tapi di keremangan malam itu, sesosok bayangan berkelebat. Tubuhnya agak ramping. Bergerak dari satu pohon ke pohon yang lain. Di dekat dua manusia bugil yang tertidur pulas itu, sosok ini mendekat. Tangannya merayapi dua bukit indah milik Ennia. Ia menciumi dan meneteknya seperti bayi. Ennia membiarkan itu. Ia hanya merintih keasyikan. Perasaan gadis ini, yang melakukan rangsangan itu adalah kekasih tercintanya, Macro. Namun ketika laki-laki ini melakukan ‘serangan’ mendadak, Ennia terpekik kesakitan. Darah mengucur, dan Macro yang tertidur disamping gadis ini terbangun. Macro bangkit hendak memukul laki-laki yang memperkosa pacarnya. Tapi ketika tahu siapa laki-laki telanjang yang ada di atas tubuh Ennia, Macro pun melemah. Ia jongkok dan menyembah. Lirih ia berkata,"silakan teruskan Pangeran." Macro membisiki telinga kekasihnya itu. Dia menyuruh Ennia memberikan pelayanan yang baik. Macro membantu merangsang pacarnya. Ia membantu pemerkosa itu untuk memuaskan hasrat seksnya. Ennia yang tadinya merasa kesakitan, kini mulai menikmati permainan itu. Sesekali pinggulnya digoyang agar Sang Pangeran mendapatkan kenikmatan. Saat itulah tubuh laki-laki pemerkosa itu mulai menegang. Gerakan pinggulnya mulai cepat, dan suaranya berisik memecah keheningan malam. Tatkala tubuh laki-laki itu mengejang dengan melepas nafas panjang, Ennia pun mengalami hal yang sama. Tubuhnya bergetar. Setelah itu, ketika laki-laki pemerkosa itu lunglai di atas tubuh Ennia, gadis ini pun bangkit dan merangkulnya. Ia menciumi wajah pemerkosa itu. Sedang Macro, dengan lembut membelai rambut Ennia, dan membaringkan kembali tubuh kekasihnya itu. Siapakah pemerkosa yang beruntung itu? Jangan kaget, dialah Caligula, Pangeran dari kerajaan Romawi. (jss/bersambung)