Pengantar (3) : Seperti halnya manusia, tuyul juga butuh makan dan minum. Setiap orang yang memelihara tuyul, harus sanggup menyediakan makanan dan minumannya.
Pemelihara tuyul harus sanggup menanggung kelangsungan hidup tuyul. Jika tidak, maka tuyul itu akan menuntut. Jika tuntutannya tidak dipenuhi, maka ia akan malas bekerja atau mencari makanan dan minuman sendiri.
Jika si tuyul mencari makanan sendiri, maka kemungkinan besar adalah tumbal. Inilah yang disebut masyarakat, bahwa setiap orang yang memelihara tuyul harus berkorban untuk si tuyul. Bisa korban manusia atau yang lain. Padahal seandainya si tuyul dipelihara dengan baik, dia tidak akan makan korban manusia.
Setiap orang yang memiliki tuyul syaratnya adalah menyediakan kamar kosong. Di kamar itu disediakan sesaji lengkap. Juga minuman yang memabukkan. Jadi benar jika minuman keras itu disebut minuman setan. Setan memerintahkan para pengikutnya untuk membuat minuman itu. Ia ikut membuatnya, meminumnya, dan juga dalam mendapatkan dosa dan siksa karenanya.
Namun bagaimana dengan pendapat sebagian kalangan, yang menyebut tiap manusia itu punya prewangan jin? Jawabannya adalah ya.
Yang dimaksud jin disini adalah jin pendamping atau jin penyerta. Bukan tuyul. Namun, karena adanya jin penyerta, maka tidak menutup kemungkinan setiap manusia bekerja sama dengan jin jenis tuyul karena adanya pengaruh jin.
Diriwayatkan dalam sebuah hadis bahwa Aisyah pernah berkata: Pada suatu malam Rasulullah keluar dari rumahku, lalu aku berteriak karena takut. Dia bertanya, "Apa gerangan yang terjadi padamu, wahai Aisyah. Apakah engkau terkena jin? Aku bertanya pada Rasulullah. "Wahai Rasulullah, aku kena setan? Jawabnya, "Ya, dan setiap manusia juga begitu."
Dalam riwayat lain dikatakan Abdullah bin Mas'ud, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidak ada seorang pun di antara kalian yang tidak ditunjuk untuknya jin pendamping.
Sahabat bertanya, "Apakah termasuk engkau Rasulullah." "Ya. Hanya jin pendampingku masuk Islam. Dia tidak pernah mengajakku kecuali berbuat baik."
Dari beberapa sumber tadi, jelas bahwa manusia mempunyai pendamping berupa jin. Maka setiap manusia berpeluang besar berbuat dosa kecuali mereka yang beriman dan beramal saleh.
"Jin-jin pendamping inilah yang memperkuat seseorang untuk bekerja sama dengan jin jenis lain. Dan inilah yang disebut tuyul. Hanya saja, tuyul lebih bersifat membantu manusia walaupun itu dosa dan dilarang Allah," kata Ustad Baihaqi Ma'ruf.
Sering terdengar bahwa seseorang bisa membantu memberi tuyul atau prewangan. Mempunyai tuyul sama seperti mempunyai sahabat yang sangat setia. Terhadap seorang sahabat kita seringkali menumpahkan keluh kesah dan akhirnya ia dengan tulus ikhlas menolong kita.
Begitu pula keberadaan orang-orang yang mempunyai khadam Jin. Ia cenderung meminta pertolongan kepadanya jika mendapat kesulitan atau mempunyai hajat. Bedanya, jika sahabat menolong dengan ikhlas, maka tuyul menolong dengan pamrih. Padahal minta pertolongan tuyul hukumnya haram.
"Dan ada beberapa laki-laki di antara manusia yang meminta perlindungan pada beberapa laki-laki dari golongan jin, maka jin-jin itu menambah dosa dan kesalahan."(QS. Al-Jin 6.)
Sepanjang manusia itu muslim yang taat dan jauh dari maksiat, maka ia akan tetap unggul dibandingkan tuyul. Tetapi jika seseorang telah menjual diri berteman dengan jin, lalu menuruti permintaannya, dan mengabulkan syarat-syarat amalannya, maka ia akan dijebak. Tuyul tidak akan takut lagi kepadanya. (jss/bersambung)