Uni Eropa Takut Tergantung Minyak Nabati Indonesia

Sabtu, 07 September 2019

Kelapa sawit. (Int)

JAKARTA - Jaringan Indonesia Muda (JIM) mengecam sikap kebijakan Uni Eropa (UE) terhadap industri kelapa sawit Indonesia. JIM menilai sikap UE itu karena ketakukan UE akan ketergantungan pasokan minyak nabati dari Indonesia.

UE mengeluarkan kebijakan tentang Renewable Energy Directive (RED) II dan penerapan tarif bea masuk produk biodiesel dari Indonesia sebesar 8 persen sampai 18 persen.

JIM menilai kebijakan pembatasan sawit dari UE itu secara jelas sangat bertentangan dengan prinsip perdagangan bebas, adil dan menjurus kepada terjadinya diskriminasi “crop apartheid” terhadap produk kelapa sawit di Eropa. Karena itu, JIM menyatakan sikap atas RED dan kebijakan pembatasan kelapa sawit dari UE tersebut.

Ketua Umum JIM, Arsyad Prayogi mengatakan, sikap pertama yaitu, Indonesia merupakan negara pemasok minyak kelapa sawit terbesar di dunia. 

"Ini menjadi kebanggaan bagi bangsa Indonesia. Maka dari itu, JIM mendukung penuh sikap dan segala apapun tindakan yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia untuk melawan kebijakan UE tersebut," kata Arsyad, Sabtu (7/9/2019).

Sikap kedua, bahwa pemboikotan yang dilakukan oleh UE kepada industri kelapa sawit Indonesia adalah ketakutan UE atas ketergantungan kebutuhan pasokan minyak nabati. Sikap ketiga, JIM mendukung tegas Pemerintah Indonesia untuk tidak membeli Airbus dari UE serta mendorong pemerintah untuk membaikot produk-produk UE.

Sikap keempat, JIM mengajak seluruh pemuda-pemudi Indonesia agar sama-sama mengawal dan mendukung industri kelapa sawit Indonesia dan ikut berperan dengan menyurakan melalui media massa apapun agar UE melihat bahwa Indonesia tidak takut atas RED II.

"Dan mengecam keras organisasi-organisasi yang mendukung kebijakan Uni Eropa tersebut," kata Arsyad. (Release)