Ekspor Beras Ketan Hitam Terus Digenjot

Senin, 05 Agustus 2019

Ilustrasi beras ketan hitam. (Int)

JAKARTA - Ekspor beras ketan hitam produksi dalam negeri terus digenjot seiring konsistennya permintaan dari sejumlah negara importir utama.

Selama beberapa tahun terakhir, beras ketan hitam diekspor oleh PT Sejati Makmur Semesta, CV Dewa Tunggal, PT Buana Agrobisnis dan CV Mustika Sejati. Ketan hitam Indonesia banyak digunakan untuk diolah sebagai bahan baku sake. 

"Menurut eksportir, bahan baku ketan hitam kita kualitasnya tinggi untuk dibuat sake. Negara kita konsisten setiap tahun melakukan ekspor beras ketan hitam," ungkap Direktur Jenderal Tanaman Pangan RI, Suwandi di Jakarta.

Lebih lanjut Suwandi mencatat sejak 2015 ekspor beras ketan hitam ke negara Singapura mencapai 1.398 ton. Di tahun 2019 ini dipastikan volume ekspor meningkat, di mana sampai dengan bulan Agustus, Kementan telah mengeluarkan 200 ton rekomendasi ekspor ketan hitam ke Singapura dengan perkiraan nilai ekspor Rp4 miliar.

"Secara umum mekanisme ekspor ketan hitam dari pedagang pengumpul Himpunan Pedagang Beras Ciparay dikirim bersama beras umum ke pedagang beras Pasar Induk Cipinang kemudian disortir, dikemas dan diekspor langsung ke berbagai negara oleh eksportir ke Singapura, China atau Taicung Taiwan melalui pelabuhan Tanjung Priok Jakarta," jelasnya.

Suwandi menyebutkan Kabupaten Garut adalah sentra utama produksi beras ketan hitam. Selain Kabupaten Garut, penghasil beras ketan hitam terbaik ada di Kabupaten Bandung. 

"Contohnya kalau mau melihat silakan ke kecamatan Ciparay, di sana ada hamparan seluas 50 hektare dan di kecamatan Pacet juga ada seluas 375 hektar," sebut dia.

Produktivitas padi ketan hitam di daerah ini rata-rata 5,5 ton/ha. Penanamannya dilakukan selama dua kali setahun dan petani mampu memproduksi sebesar 4.675 ton Gabah Kering Panen (GKP) per tahun dengan harga per kg saat ini mencapai sekitar Rp19.000/kg.

"Budidaya beras ketan hitam sebenarnya sama dengan budidaya tanaman padi pada umumnya hanya saja usia panen beras hitam membutuhkan waktu hingga 6 bulan," kata Suwandi. 

"Aroma beras ketan hitam juga lebih wangi sehingga disukai oleh burung. Ketan hitam ini lebih efisien jika dibudidayakan di tempat sejuk seperti di lereng gunung," sambungnya.

Meski volumenya tidak besar, Suwandi menyebutkan permintaan negara luar terhadap ketan hitam konsisten sepanjang tahun. Ia pun mengungkapkan pemerintah akan mendorong dan memfasilitasi para pelaku usaha dan petani yang ingin mengekspor komoditas tersebut. (*)