HHBK Primadona Baru di Sektor Industri Kehutanan

Kamis, 07 Maret 2019

penyadapan karet

JAKARTA-Jika selama ini potensi yang bisa digarap dari sektor kehutanan hanya berbicara tentang kayu dan turunan, kedepan hasil hutan bukan kayu diantaranya berasal kayu putih dan getah-getahan akan menjadi primadona baru di sektor industri masa depan.

Klasterisasi industri kehutanan dan pola kemitraan menjadi salah satu senjata utama untuk mewujudkan cita-cita tersebut.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mematok produksi hasil hutan bukan kayu (HHBK) atau produk nonkayu pada 2020 mencapai 718.847,97 ton dari baseline 2019 yang hanya 342.819,17 ton.

Johan Utama Perbatasari, Direktur Usaha Jasa Lingkungan dan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) KLHK mengatakan bahwa saat ini produk nonkayu dan jasa lingkungan sedang dicanangkan untuk menjadi tulang punggung pembangunan kehutanan secara nasional.

Pasalnya, dia menambahkan, potensi produksi HHBK diperkirakan jauh lebih besar dibandingkan dengan hasil produksi kayu bulat, tetapi sampai saat ini potensi-potensi tersebut belum terekspos secara masif.

"Kenapa begitu? Karena memang perhatian dari segala macam stakeholder masih bertumpu kepada kayu. Padahal apabila dibenahi maka sumbangsih [terhadap devisa negara] dari HHBK dan Jasa Lingkungan itu sangat besar," ujarnya, belum lama ini.

Dikutip dari buku Status Hutan dan Kehutanan Indonesia 2018, data dari berbagai pustaka dan publikasi ilmiah yang menyebutkan bahwa nilai devisa HHBK dapat mencapai 90% dari nilai hasil hutan. Dimana kayu yang selama ini identik menjadi hasil kehutanan hanya menyumbang 10% dari produksi hasil kehutanan.

Akan tetapi, HHBK sebesar 90% tersebut tidak akan tercipat apabila kayu (pohon) sebagai  pembentuk ekosistem hutan tidak ada.

"Itu yang akan kami angkat dan kami dorong, sekaligus untuk memenuhi nawacita Presiden Joko Widodo yang mencanangkan pembangunan dari pinggiran, maka ini saatnya melalui pinggiran [melalui HHBK dan Jasa Lingkungan]," katanya.(rdh/bc)