India, Negara Paling Tercemar Polusi

Kamis, 07 Maret 2019

warga India yang seakan terbiasa dengan pekatnya polusi udara

INDIA menyumbang tujuh dari 10 kota dengan polusi udara terburuk di dunia, berdasarkan laporan baru yang dikeluarkan oleh organisasi lingkungan hidup, Greenpeace, dan data ramalan kualitas udara, AirVisual. Kota-kota di Tiongkok yang sebelumnya tercemar kabut asap dilaporkan mengalami peningkatan.

Gurugram, pinggiran ibu kota New Delhi, adalah kota paling tercemar di dunia. Indeks kualitas udara (Air Quality Index/AQI) rata-rata di sana yaitu 135,8 pada 2018 atau hampir tiga kali lipat lebih tinggi dari angka yang dikategorikan oleh Badan Perlindungan Lingkungan (EPA) Amerika Serikat (AS) sebagai 'udara sehat'.

Dalam kurun dua bulan tahun 2018, AQI di Gurugram tercatat di atas 200. EPA mengkategorikannya “sangat tidak sehat” dan memperingatkan bahwa setiap orang bisa mengalami dampak kesehatan serius jika terpapar udara tersebut.

Berdasarkan laporan tersebut, polusi udara bisa menyebabkan sekitar 7 juta kematian prematur secara global tahun depan dan memiliki dampak utama ekonomi.

"Polusi udara mencuri penghidupan dan masa depan kita. Selain membuat nyawa manusia melayang, ada perkiraan kerugian global 225 miliar dolar karena kehilangan tenaga kerja, dan triliunan biaya kesehatan. Ini memiliki dampak sangat besar pada kesehatan kita dan dompet kita," kata Direktur Eksekutif Greenpeace Asia Tenggara, Yeb Sano, Rabu, 6 Maret 2019.

Masalahnya tampak jelas di Asia Selatan karena 18 dari 20 kota paling tercemar di dunia berada di India, Pakistan, dan Bangladesh. Ini termasuk pusat utama polusi yaitu Lahore, Delhi dan Dhaka, yang menempati urutan ke-10, ke-11, dan ke-17 tahun lalu.

Perubahan iklim membuat dampak polusi udara semakin buruk dengan perubahan kondisi atmosfer dan banyaknya kebakaran hutan. Namun, kunci penggerak pemanasan global yaitu pembakaran bahan bakar fosil tetap menjadi penyebab utama udara kotor.

"Yang jelas adalah penyebab umum di seluruh dunia adalah pembakaran bahan bakar fosil, yatu batu bara, minyak, dan gas, diperburuk dengan penggundulan hutan kita," kata Sano. (Bloomberg)