Sepekan, Harga CPO Amblas Hingga 5,03 PersenĀ 

Kamis, 28 Februari 2019

JAKARTA-Penguatan nilai tukar ringgit Malaysia terhadap pergerakan dolar Amerika Serikat (AS) menjadi pemicu amblasnya harga minyak mentah kelapa sawit atau crude palm oil (CPO).

Rabu kemarin, 27 Februari ringgit terapresiasi 0,1%, ke posisi MYR 4,06/US$, yang mana merupakan level tertingginya sejak enam bulan terakhir.

Hal tersebut membuat harga kontrak pembelian CPO menjadi relatif lebih mahal bagi pemegang mata uang lain.

Alhasil, pada penutupan perdagangan Rabu, 27 Februari 2019 harga CPO menyentuh titik terendah sejak awal tahun 2019.

Harga CPO ditutup melemah 2,34% ke posisi MYR 2.132/ton, setelah sehari juga melemah 1,36% pada perdagangan Selasa, 26 Februari 2019.

Dengan kondisi ini, selama sepekan harga CPO sudah amblas hingga 5,03% secara point-to-point. Sedangkan dari awal tahun, penguatan harga komoditas agrikultur andalan Indonesia ini hanya tinggal 0,52%.

Selain menguatnya nilai tukar ringgit, para pelaku pasar juga memprediksi permintaan minyak sawit masih akan rendah. Surveyor kargo dijadwalkan akan merilis jumlah ekspor sawit Malaysia pada hari Kamis ini, 28 Februari 2019.

Selain itu, harga kedelai yang runtuh kemarin juga berpotensi kembali memberi tarikan ke bawah bagi harga CPO.

Sebagai informasi, harga kedelai jatuh makin dalam setelah Wakil Perdagangan AS, Robert Lighthizer mengatakan bahwa janji China untuk membeli lebih banyak kedelai asal Negeri Paman Sam belum cukup untuk menyelesaikan sengketa dagang antara kedua negara.

"Saya tidak yakin kalau ini (China membeli lebih banyak produk AS) akan menyelesaikan masalah. Kami akan menuntaskan ini (hubungan dengan China) dengan satu mata yang mengarah ke masa depan," kata Lighthizer seperti dilaporkan Bisnis.com. 

Mengingat minyak kedelai dan CPO adalah produk substitusi satu sama lain, maka pergerakan harganya akan memberi pengaruh yang searah.(rdh)