Pengembangan Sawit di KTI Harus Jadi Fokus Semua Pihak

Ahad, 24 Februari 2019

MAKASAR-Pengembangan perkebunan kelapa sawit di Kawasan Indonesia Timur, haruslah menjadi fokus semua pihak yang berkepentingan mulai dari sektor hulu atau produsen. Pendapat ini dikemukakan  pakar pertanian Universitas Hasanuddin (Unhas) Laode Asrul di Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu, 23 Februari 2019.

Persoalan sumber daya petani juga harus meningkat. Petani harus punya pengetahuan bagaimana mengelola hutan budi daya sawit agar bisa lebih optimal. "Termasuk lahannya, petaninya, pasarnya juga harus dikelola dengan baik atau keterlanjutan," ungkapnya.

Sertifikasi petani, ujarnya, perlu dilakukan karena hal ini menjadi jalan bagi lembaga swadaya masyarakat (LSM) asing untuk menyerang sawit Indonesia, apalagi memang masih ada perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja di bawah umur.

Dengan sertifikasi ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil) terhadap perusahaan dan petani sawit di Indonesia, masalah lingkungan yang menjadi sasaran tembak pihak asing juga tentunya bisa diminimalkan.

"Banyak perusahaan sawit kita yang sudah besar, namun belum memiliki ISPO. Berapa persen perusahaan yang telah tersertifikasi. Saya belum tahu persis jumlahnya, namun memang masih kecil yang sudah tersertifikasi," ujarnya.

Pendataan lahan sawit secara benar serta peningkatan sumber daya manusia penting dilakukan dalam meningkatkan peranan komoditas sawit Indonesia.

"Kita perlu bekerja berdasarkan data yang benar sehingga bisa direncanakan dengan baik," katanya lagi. 

Dia menjelaskan yang menjadi persoalan dalam hal pendataan adalah daerah kesulitan akibat tidak punya anggaran. Sehingga butuh kerja sama antara pemda dan pemilik perusahaan sawit.

Tentu tujuannya agar bisa mendapatkan data yang benar dan dapat merencanakan secara maksimal pengembangan sawit di Kawasan Indonesia Timur. (rdh/bc)