Desember 2018, Impor dan Eksport China Merosot

Senin, 14 Januari 2019

Pelabuhan Ningbo di China adalah pelabuhan kontainer ketiga tersibuk di dunia

JAKARTA-Dampak perang dagang antara China dan Amerika Serikat yang berlangsung pada 2018 lalu, telah berdampak kepada perlambatan ekonomi. Bahkan, diantaranya ekspor dan impor China mengalami penurunan yang cukup tajam.

Berdasarkan data Adminsitrasi Bea Cukai China, ekspor dalam dolar turun 4,4 persen pada Desember dari bulan yang sama tahun sebelumnya, sementara impor turun 7,6 persen pada periode yang sama. Penurunan ekspor dan impor tersebut merupakan yang terburuk sejak 2016.

Dikutip dari bisnis.com,. dengan penurunan ekspor dan impor tersebut, neraca perdagangan dalam denominasi dolar AS meningkat menjadi 57,1 miliar dolar Amerika Serikat pada Desember.

Sementara itu, untuk keseluruhan tahun 2018 ekspor dalam dolar AS naik 9,9 persen menjadi 48 triliun dolar Amerika Serikat, sementara impor naik 15,8 persen, dengan surplus neraca perdagangan sebesar 351,8 miliar dolar Amerika Serikat.

Dilansir Reuters, pelemahan ekspor impor di China ini sudah dirasakan di seluruh dunia, dengan melambatnya penjualan barang mulai dari iPhone hingga mobil yang memicu penurunan proyeksi laba dari perusahaan seperti Apple dan Jaguar Land Rover.

Data perdagangan Desember yang suram menunjukkan ekonomi China diperkirakan telah kehilangan momentum lebih banyak di akhir tahun daripada yang diperkirakan sebelumnya, meskipun ada banyak langkah peningkatan pertumbuhan dalam beberapa bulan terakhir, mulai dari peningkatan pengeluaran infrastruktur hingga pemotongan pajak.

Sejumlah analis telah berspekulasi bahwa China mungkin harus mempercepat dan mengintensifkan kebijakan pelonggaran dan langkah-langkah stimulusnya tahun ini setelah aktivitas pabrik menyusut pada bulan Desember.

Analis Capital Economics mengatakan pertumbuhan ekspor turun lebih dari yang diantisipasi karena pertumbuhan global melambat dan hambatan dari tarif AS meningkat.

Selain itu, pertumbuhan impor juga turun tajam dalam menghadapi pendinginan permintaan domestik dan diperkirakan akan tetap lemah di kuartal mendatang.

"Sementara itu, dengan pelonggaran kebijakan diperkirakan tidak menopang ekonomi ekonomi domestik sampai paruh kedua tahun ini, pertumbuhan impor kemungkinan akan tetap lemah," ungkap mereka, seperti dikutip Reuters.

Sementara itu, Kepala Ekonom China di Nomura Holdings Inc, Lu Ting mengatakan pasar harus fokus pada ekspor karena secara langsung terkait dengan produksi industri China, lapangan kerja dan PDB.

"Kontraksi ekspor yang tajam dapat menunjukkan pertumbuhan produksi industri jauh lebih lemah dan tingkat pengangguran yang meningkat pesat," katanya, seperti dikutip Bloomberg.(*/rd)