Tragis, Nilai Tukar Petani Perkebunan Riau Terus Merosot

Rabu, 02 Januari 2019

PEKANBARU-Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan tolak ukur kesejahteraan petani dengan menggunakan angka dasar 100. Hasil didapatkan dari harga yang diperoleh petani dengan harga yang dikeluarkan untuk keperluan konsumsi dan produksi petani.

Jika NTP petani lebih dari 100 maka mengalami surplus dan jika kurang maka defisit. Di Riau untuk Bulan Desember 2018, Badan Pusat Statistik merilis bahwa berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan NTP di Provinsi Riau pada Desember 2018 sebesar 92,70 atau turun sebesar 0,22 persen dibanding November 2018 yakni sebesar 92,90.

Hal ini disebabkan harga barang/produk pertanian yang dihasilkan oleh rumah tangga mengalami kenaikan relatif lebih rendah dibandingkan kenaikan harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi.

Penurunan NTP di Provinsi Riau pada bulan Desember 2018 terjadi pada 4 dari 5 subsektor penyusun NTP. Diantaranya yang mengalami penurunan adalah subsektor peternakan sebesar 1,13 persen, subsektor perikanan 0,89 persen, subsektor hortikultura 0,40 persen dan subsektor tanaman perkebunan rakyat 0,08 persen. Sementara itu, subsektor tanaman pangan mengalami kenaikan NTP sebesar 0,60 persen.

Diantara 5 Subsektor tersebut hanya dua diantaranya yakni tanaman pangan dan perkebunan memiliki NTP di atas 100. Tiga lainnya di bawah 100 sehingga membuat NTP secara keseluruhan di bawah rata-rata.

Paling parah, NTP Perkebunan 86,89 persen pada Desember 2018. Ini dikarenakan harga komoditas seperti sawit, karet, dan kelapa terus menurus turun apalgi Riau sebagian besar masyarakat petaninya adalah perkebunan.

"Bicara Riau, paling dominan perkebunan. Dengan turunnya harga produk, sangat menurunkan NTP. Tahun ini sangat dramatis harga sawit turun terus," kata Kepala BPS Riau, Aden Gultom, Rabu 2 Januari 2018.(bayu)