India Pangkas Bea Impor Sawit, Harga CPO Merangkak Naik

Jumat, 28 Desember 2018

ilustrasi buah sawit

JAKARTA- Hingga sore hari ini, Jumat, 28 Desember 2018 pukul 15:50 WIB, harga minyak kelapa sawit mentah (CPO) kontrak Maret 2019 di Bursa Derivatif Malaysia naik tipis sebesar 0,67 persen ke posisi MYR 2.119/ton. Kenaikan harga komoditas ini masih terus berlanjut dari perdagangan kemarin, Kamis, 27 Desember 2018 yang ditutup menguat sebesar 0,53 persen di level MYR 2.105/ton.

Penguatan harga komoditas agrikultur unggulan Indonesia dan Malaysia hari ini diakibatkan kabar baik yang berasal dari India.

Menurut sumber yang berasal dari pemerintah India di New Dehli, India berniat untuk memotong bea impor minyak sawit mentah menyusul kesepakatan dagang dengan negara-negara Asia Tenggara, seperti yang dilansir oleh Reuters, Jumat, 28 Desember 2018.

Seperti yang diketahui, pada awal tahun ini India menaikkan bea impor minyak kelapa sawit mentah dari 30 persen menjadi 44 persen, sedangkan bea impor olahan minyak kelapa sawit dari 40 persen ke 55 persen.

Sebagai informasi, India merupakan negara dengan jumlah impor minyak kelapa sawait mentah di dunia. Hingga Oktober 2018, negri Bollywood ini telah mengimpor 5,44 juta ton minyak kelapa sawit dari Indonesia, sedangkan dari Malaysia sebesar 1,98 juta ton.

Turunnya bea impor india sontak membuat investor bergairah untuk melakukan aksi beli, pasalnya semakin rendah bea impor maka keuntungan yang didapatkan akan semakin tebal.

Sentimen positif juga ditambakan dari rivalnya, yaitu minyak kedelai. Hingga siang tadi, harga minyak kedelai kontrak Januari 2019 yang merupakan subtitusi bagi minyak sawit menanjak 0,2 persen.

Naiknya harga minyak kedelai membuat investor lebih melirik CPO yang mendorong terjadinya aksi beli.
Sampai dengan siang tadi, minyak kelapa sawit sudah diperdagangkan sebanyak 12.302 lot pada volume 25 ton/lot. Jumlah ini meningkat dari jumlah perdagagan pada tengah hari kemarin yang sebanyak 7.163 lot.

Namun demikian, kenaikan minyak sawit kali ini cukup dihambat karena adanya penguatan nilai Ringgit Malaysia terhadap greenback. Hingga pukul 15:50 WIB, nilai ringgit terapresiasi sebesar 0,36% di hadapan dolar.

Menguatnya ringgit akan berdampak pada naiknya harga minyak masak yang berasal dari sawit ikut naik bagi negara yang tidak menggunakan Ringgit Malaysia sebagai mata uang. Hal ini membuat permintaan akan olahan sawit ini akan sedikit tergerus.(*/rd/)