Ini Sebabnya Harga Sawit Petani Riau Rendah Menurut Prof Almasdi

Selasa, 11 Desember 2018

PEKANBARU - Harga Kelapa Sawit terus menurun tahun ini mulai dari yang sudah jadi minyak maupun yang masih buah segarnya. Untuk Minyak Sawit Mentah (CPO) dalam perdagangan global terus turun, begitu juga harga lokal untuk tandan buah segar sawit.

Soal harga tandan buah segar di Provinsi Riau setiap pekan ada penetapannya dan saat ini berkisar Rp1.200an per kilogram. Namun kenyataannya di tingkat petani swadaya harganya malah lebih hancur lagi bahkan hanya dihargai Rp300-400 saja.

Hal ini disebabkan karena penetapan harga provinsi tersebut mengacu oada standar yang ditetapkan. Maka yang mendaoatkan harga utu hanyalah perkebunan perusahaan, petani plasma, dan binaan perusahaan. Di luar itu harga yang ditetapkan tidak berlaku makanya tergantung penawaran saja.

Pengamat Ekonomi Universitas Riau, Prof. Dr. Almasdi Syahza kepada sawitplus.co mengatakan harga yang ditetapkan itu adalah untuk yang asal usul bibitnya diketahui. Sementara buah sawit di luar itu tidak diketahui asal usul dan kualitas bibitnya.

"Untuk harga yang ditetapkan itu sudah berdasarkan indikator mulai dari persiapan lahan, bibit, perawatan hibgga panennya. Kalau di luar itu tidak bisa diketahui sehingga harga normalnya tak bisa ditentukan karena yergantung daya beli dan tampung toke atau pengepul yang membelinya," ujarnya.

Kemudian jikapun petani sawit swadaya punya bibit bagus, kekuatan pasarnya tetap lemah katena tak ada menjaminnya. Pasalnya sebagian ataupun dan berat, bukan cari rendemen. Di satu sisi perusahaan butuh rendemennya yang tinggi biarlah tidak berat," ungkapnya.rata-rata perusahaan tetap tidak percaya dengan rendemen sawit petani swadaya.

"Kalau perusahaan yang penting rendemennya, tapi kalau petani yang penting beratnya. Asumsi selama ini petani nanam sawit cari buah yang besar

Hal ini berbeda dengan petani plasma karena dari awal bibit dan jaminan rendemennya bagus. Kalau petani swadaya rendemennya baru 18 persen. Maka dari itulah harga petani swadaya tergantung permintaan dan penawaran toke atau pengepul.

Dikatakannya toke atau pengepul ini punya kekuatan tawar menawar di masing-masing daerah. Dia memiliki kekuatan menekan petani sehingga petani bisa menjadi terpaksa menjual dengan harga murah daripada membusuk. 

"Apalagi jika buah lagi banjir, pabrik jauh, jalan jelek maka harga ditekan oleh toke, jadi penentu harga di tangan toke," ungkapnya. bay