Sambang Bod Tree (3-Habis) : Sang Buddha Dipayungi Ular Kobra

Sabtu, 24 November 2018

Dagaba Bod Tree memang tidak besar. Tapi dalam peta mistik Sri Lanka, dagaba ini sangat luar biasa penting. Pohon Bodhi yang ada disini bukan seperti pohon Bodhi yang ada di dagaba-dagaba lain. Ini pohon khusus yang dibawa Buddha Sidharta Gautama dari India. Orang suci itu digambarkan dengan naik kapal membawa pohon ini untuk dihadiahkan pada pengikut setianya yang ada di Sri Lanka.

Prosesi Buddha membawa pohon Bodhi ke Sri Lanka itu ditampilkan dalam lukisan dinding yang indah di vihara Kelani. Sebuah vihara yang jauh dari lokasi Bod Tree, tetapi memampang semua perjalanan Buddha di negeri penghasil teh ini.

Begitu juga tempat-tempat lain yang disakralkan hingga saat ini. Sampai-sampai bagaimana orang suci itu beristirahat dan memberikan khotbah pada umatnya di Sri Lanka, terpahat dalam dinding yang terbagi dalam empat ruang yang terus semerbak wangi kembang itu.

Dalam ingatan penduduk negeri ini, Buddha Sidharta Gautama tiga kali datang ke Sri Lanka. Kedatangan itu terjadi dalam beberapa tahapan. Yang mengagumkan, tiap kedatangan orang suci ini, selalu diikuti dengan peristiwa gaib. Alam berubah. Dan satwa maupun pohon-pohon yang tinggi itu tiba-tiba bergerak menyerupai ular, berbaring menyusur tanah.

Salahsatu peristiwa yang terukir dalam patung di lokasi ini adalah saat Buddha bertapa satu minggu di lokasi yang disakralkan ini. Tiba-tiba langit mendung. Halilintar menyambar-nyambar. Dan tak lama kemudian gerimis mulai hendak jatuh.

Buddha Sidharta Gautama tak beringsut dari tempatnya. Ia tetap khusyuk semadi. Matanya terpejam. Tangannya dalam posisi mudera. Saat itulah tiba-tiba datang seekor ular kobra raksasa. Ular itu menjalar dengan cepatnya. Begitu dekat Sang Buddha, ia memipihkan kepala, mengubah bentuknya seperti payung, untuk memayungi orang suci ini agar tidak kehujanan.

Benarkah pohon Bodhi di tempat ini dibawa Buddha Sidharta Gautama? Mungkin pertanyaan itu tak penting. Yang terpenting adalah, bahwa dalam sejarah yang lain tertulis, bahwa tahun 247 Sebelum Masehi, Asoka, raja yang memerintah India menyuruh putranya, Pangeran Mahendra menyebarkan agama Buddha ke Sri Lanka. Ia sukses mengemban misi itu. Berhasil mengajak raja Anuradhapura dan keluarganya menjadi pemeluk Buddha.

Setelah kabar keberhasilan Mahendra itu sampai ke raja Asoka, tak lama kemudian ia mengirim adik perempuannya (Quweni) untuk menyusul ke Sri Lanka. Dalam muhibah kali ini, ia disuruh membawa pohon Bodhi yang nama latinnya Ficus Religiosa, suku ara-araan atau Moraceae itu untuk ditanam di Anuradhapura. Maksudnya agar keselamatan dan kesejahteraan kerajaan yang luar biasa megah ini tetap terjaga.

Pohon Bodhi memang sudah sejak lama disakralkan. Sebab pohon itulah yang menjadi peneduh Buddha Sidharta Gautama. Ajaran-ajarannya tentang hidup dan penyucian sebagai sarana menuju pada kesempurnaan juga lahir di bawah pohon itu. Tak heran, jika raja Asoka memberikan pohon itu untuk raja Anuradhapura.

Di tempat ini pohon itu kemudian ditanam. Diyakini pohon itu terus hidup, tumbuh dan berkembang hingga sekarang. Terus, pohon Bodhi dari siapakah yang kini sangat dikeramatkan di Anuradhapura itu? Nampaknya, memang pohon Bodhi yang dibawa Sang Buddha Sidharta Gautama. Sebab disamping pohon ini juga berdiri pohon Bodhi yang lebih muda, dengan tulisan huruf Sinhala yang menyebut sebagai pohon hadiah dari raja Asoka.

Pohon Bodhi yang ada di Anuradhapura ini sekarang masuk sebagai pohon tertua yang ditanam manusia. Pohon ini juga disebut sebagai ‘Pohon Pencerahan’ atau Pohon Bo. Atribut itu yang membuat pelancong dari berbagai negara dan berbagai agama datang ke daerah ini. Mereka tidak sekadar melihat ritus umat Buddha, tetapi sekaligus mengagumi pohon yang berselimut asap dupa itu.

Terkabul

Di pohon Bodhi ini saban hari ratusan orang datang. Jika hari libur, jumlah pengunjung itu bisa meningkat tajam hingga puluhan ribu manusia. Mereka meluber di tempat ini, menyatu dengan asap lilin, bau dupa, serta dengung doa. Hingga siapa saja yang terlibat dalam hiruk-pikuk suasana di dagaba Bod Tree ini, tak terasa secara psikologis ikut masuk dalam putaran suasana mistis.

Biasanya, para peminta berkah itu berangkat dengan membawa tunas-tunas kelapa, sebagai simbol bagi yang berharap anak dan keturunannya agar sukses dan jadi orang berguna. Sedang yang meminta berkah bagi dirinya sendiri, ia menggenggam seikat bunga teratai warna-warni sebagai persembahan. Tak lupa membakar lilin, menyatukan tangan, memejamkan mata, dan mendekatkan hati dengan harapan-harapan ke depan.

Ada pula yang permintaannya itu diluapkan melalui bendera. Warna-warni mirip umbul-umbul, dengan huruf Sinhala yang bulat-bulat seperti cacing. Tulisan itu berisi doa permintaan, sekaligus nadhar jika permintaan itu menjadi kenyataan. Namun karena maraknya bendera warna-warna itu berkibar, bagi yang tidak beragama Buddha, jika tak menyatukan rasa, maka ritus sakral itu akan dianggap sebagai pesta. (Habis/Djoko Su’ud Sukahar)