Seks Gendruwo (11) : Gendruwo Sirep Orang Se-Desa

Jumat, 23 November 2018

Hari itu Wakijem terlambat bangun. Itu juga terjadi pada Gimo yang masih ngorok disamping wanita ini. Termasuk Wakijah, orangtua Wakijem, yang juga mengalami hal sama. Akibatnya, saat mereka bangun, keluarga ini gaduh. Mereka semuanya kesiangan. Namun benarkah hanya keluarga ini yang bangun siang di hari itu?

Ternyata tidak. Sebab orang se-desa di Alas Purwo itu, pada hari itu semuanya terlambat bangun. Itu yang menyulut kegaduhan dan perbincangan ramai di desa ini. Mereka pun yakin, bahwa malam itu warga Desa Alas Purwo memang sedang terkena sirep. Terkena ajian, yang biasanya digunakan para maling untuk menjarah harta benda.

Namun karena tiap keluarga di desa ini tak ada yang kehilangan harta benda, maka bangun siang massal itu akhirnya dimaknai sakral. Mereka mengingat-ingat hari kejadian itu. Hari Jumat Legi yang menggegerkan itu ditradisikan. Sampai kini, pada hari itu warga Alas Purwo dilarang melakukan aktifitas. Sebab mereka berkeyakinan, di hari itu mereka memang disirep Sang Mbaurekso (penguasa alam gaib) Alas Purwo agar santai di rumah.

Namun bagi Wakijem pribadi taklah begitu. Di hari itu ia menyimpan rahasia tersendiri. Celakanya, rahasia itu tak bisa diungkapkan pada siapa-siapa. Sebab pada pagi itu ia mengalami peristiwa yang menyenangkan sekaligus mengundang kegalauan.

Senang karena ia menikmati layanan seks yang luar biasa dari suaminya. Tapi dalam hati kecilnya ia ragu, jika yang menyetubuhinya semalam adalah suaminya. Sebab, selain kenikmatan birahi itu terjadi dalam keadaan antara sadar dan tidak sadar. Kedua, sepanjang berumahtangga selama dua tahun, suaminya tak pernah melakukan hubungan seks dengan cara-cara yang aneh seperti itu.

Sepanjang hari, ketika di kebun bersama Gimo, Wakijem nampak termenung. Hatinya terus bertanya-tanya. Kalau bukan suaminya yang menyetubuhinya pada pagi buta itu, terus siapa? Apalagi Gimo juga tak mengalami perubahan sikap. Laki-laki itu tetap wajar-wajar saja. Dan lagi, saat Wakijem bangun di pagi itu, Gimo masih mendengkur di sebelahnya. (jss/bersambung)