Ngawur, karena Gunakan Sawit, Oreo Dituding Greenpeace Ikut Rusak Hutan

Jumat, 16 November 2018

KUALA LUMPUR-Tudingan ngawur terus dilancarkan Greenpeace. Kali ini yang jadi sasaran adalah Oreo. Produsen makanan itu dituding ikut penghancuran hutan, hanya gara-gara menggunakan minyak sawit dalam produksinya.

Greenpeace menuduh pemasok minyak sawit untuk Mondelez International Inc ikut dalam penggundulan hutan dan penghancuran habitat orangutan di Indonesia. Itu gara-gara hanya karena pembuat kue hitam-putih yang terkenal itu menggunakan sawit sebagai bahan baku.

Mondelez yang berbasis di Illinois membantah itu. Pada Bloomberg News, pihaknya mengatakan, bahwa Mondele secara aktif bekerja dengan para pemasok untuk memastikan minyak sawit yang digunakannya sepenuhnya dapat dilacak.

Minyak sawit itu tidak mengarah pada deforestasi, dan tidak termasuk 12 perusahaan yang rantai pasokannya melakukan pelanggaran.

Tudingan yang ngawur ini adalah untuk yang ke-sekian kali. Petani dituduh secara ilegal menggunakan metode tebang dan bakar untuk membersihkan lahan untuk perkebunan. Adahak itu sudah tidak terjadi lagi.

Itu mengakibatkan pemerintah dan produsen berjuang untuk meningkatkan persepsi dan daya jual minyak tropis, dan telah mendorong terciptanya meja bundar keberlanjutan yang memantau industri. Minyak sawit berjangka sedikit berubah pada hari Kamis, setelah meluncur ke level terendah 3 tahun di sesi sebelumnya. Saham Mondelez turun 0,7% pada hari Rabu di New York.

Menurut Mondelez, pihaknya menyumbang sekitar 0,5% dari konsumsi sawit global.Pihaknya juga berkomitmen untuk ‘memberantas deforestasi’ dalam pasokan minyak sawitnya.

“Pada akhir tahun 2017, 96% dari minyak sawit kami dapat dilacak kembali ke pabrik dan 99% berasal dari pemasok dengan kebijakan yang sejalan dengan kebijakan kami,” kata perusahaan itu.

"Kami juga meminta pemasok langsung kami untuk menghubungi pemasok hulu mereka untuk memetakan dan memantau perkebunan sawit, di mana minyak tumbuh sehingga kami dapat mendorong ketertelusuran lebih lanjut," kata Mondelez dalam tanggapannya pada Bloomberg. tem/jss