Seks Gendruwo (5) : Disetubuhi Gendruwo Perkasa

Rabu, 14 November 2018

Wakijem yang sudah telanjang itu dirangkul mesra. Ia diam ditidurkan di amben yang terbuat dari bambu. Wanita ini pasrah. Malah dalam hati kecilnya berharap-harap untuk segera dikencani. Sebab telah lama Gimo tidak menyentuhnya.

Laki-laki itu amat lelah kerja di ladang. Sedang Wakijem sendiri terkuras tenaganya untuk berjualan serta membantu merawat tanaman jagung atau ketela pohon di kebunnya.

Namun pagi yang dingin ini Gimo menjadi laki-laki perkasa. Ia menciumi sekujur tubuh Wakijem. Tangannya agresif meremas-remas payudaranya. Mulutnya aktif menjarah bagian sensitif wanita ini. Dan saat Wakijem sudah tak kuasa menahan gejolak birahinya, Gimo dengan beringas memberinya kepuasan.

Laki-laki yang sudah lama nyaris tak pernah berpikir tentang hubungan intim itu tiba-tiba menjadi begitu luar biasa. Ia bisa melakukan berbagai gaya senggama. Ia tahu dimana letak paling peka di bagian tersembunyi wanita. Dan Wakijem yang lugu serta polos itu dibuatnya kelojotan. Ia berulangkali mengalami orgasme.

Wanita ini nyaris tak percaya. Betapa, dua tahun hidup berumahtangga bersama Gimo, baru pagi ini ia benar-benar menikmati indahnya hubungan intim.

Saking nikmat dan asyiknya melakukan hubungan intim, Wakijem sampai tak kuasa bangun. Wanita ini merasa tubuhnya sangat lelah. Ia terpaksa harus kembali tidur. Ia membatalkan mengais rejeki ke pasar, berjualan rempeyek. Hari itu Wakijem benar-benar merasa sangat capek. Capek yang bercampur nikmat.

Ketika matahari sudah meninggi, Wakijem baru terbangun dari tidur lelapnya. Itu pun karena wanita ini dibangunkan Wakijah, ibu wanita ini, yang tidur di kamar belakang.

Dengan agak malas Wakijem beranjak ke kamar mandi. Mengguyur tubuhnya dengan air sumur yang masih terasa seperti es. Dan dengan tubuh setengah menggigil ia berlari kecil ke kamar.

Dari mulut wanita ini mengalun lagu Jawa yang melankolis. Hari itu ia amat bahagia. Ia kenakan jarit lusuh yang biasa dipakai untuk ke kebun. Setelah itu ia ke dapur, membungkus nasi jagung, lauk ikan asin, rempeyek, serta seteko kopi, sebelum berangkat ke kebun, mengirim makanan sambil membantu Gimo menyiangi tanaman. (jss/bersambung)