Ada Siluman Buaya di Sungai Nil Mesir

Ahad, 11 November 2018

Buaya – salah satu reptil paling berbahaya – memiliki kekuatan magis yang luar biasa. Buaya putih adalah salah satu contoh fenomena pemujaan terhadap binatang buas ini.

Tak hanya di Tanah Jawa. Beberapa kepercayaan di manca negara pun mengakuinya. Tak sedikit sekte-sekte pemuja buaya bermunculan. Beberapa di antara mereka bahkan dengan sengaja mengubah dirinya menjadi siluman buaya.

Di Nemua Afrika, kita dapat menjumpai ribuan jenis fauna. Meski harimau atau singa dianggap sebagai raja hutan, tapi sebagian besar penduduk pribumi menaruh rasa hormat yang tinggi terhadap buaya. Reptil buas ini dianggap memiliki kekuatan gaib yang luar biasa.

Selain hidup di dua alam, buaya adalah perlambang ketenangan yang mematikan. Bagi orang biasa, kehadirannya adalah ancaman. Sedangkan bagi mereka yang memang memburu kekuatan magis, kedatangan buaya adalah berkah.

Apalagi jika mendapat izin dari para dewa dan arwah nenek moyang yang dipercayai, menghubungkannya dengan sang buaya. Hampir dipastikan, ilmu gaib tingkat tinggi itu bakal tergenggam di tangan.

Kepercayaan Mesir Kuno mengakui Sebek sebagai Dewa Buaya yang digambarkan memiliki badan manusia dan kepala buaya. Dewa ini menguasai seluruh sungai dan danau yang ada di Mesir.

Kekuatannya dahsyat dan mematikan. Namun begitu sebagian penduduk Mesir memujanya. Pada hari-hari khusus dalam almanak Mesir, mereka berkumpul dan mengadakan upacar pemujaan.

Upacara ini biasanya diadakan di tepi sungai atau danau. Konon tak hanya manusia yang menghadirinya, melainkan juga buaya-buaya penghuni perairan di kawasan itu.

Bersama mereka mengagungkan Sebagianmeyakini Dewa Sebek juga melimpahkan kekuatan magisnya pada orang-orang yang menjadi pilihannya.

Orang pilihan ini kemudian mendapat semacam wangsit atau pesan gaib yang harus segera dilaksanakan. Umumnya pesan gaib ini berupa bertapa atau berdiam diri di sarang buaya.

Jika tahapan sulit ini terlampaui, maka akan terjadi perubahan yang menakjubkan pada fisiknya. Pelan-pelan, bagian bawah tubuhnya mengalami pengelupasan kulit dan berganti menjadi kulit reptil.

Kedua kakinya mengecil menyerupai kaki buaya. Dan sebagai pamungkas, tumbuh ekor panjang seperti buaya. Jika ini terlewati, maka sempurnalah ia sebagai siluman buaya sekaligus pewaris ilmu buaya yang dipercayakan Dewa Sebek kepadanya.

Kisah tentang siluman masih menjadi perdebatan panjang. Tanpa bukti nyata, sikap ragu-ragu memang masih membayangi. Namun apa yang terjadi pada bulan Maret 1992 di Turki sedikit banyak mengubah pandangan tentang siluman buaya.

Saat itu seorang arkeolog Turki mencoba membongkar makam yang terkenal di Istana Topkapi, Istambul. Apa yang ditemukan? Sebuah mumi dari Mesir !

Tapi ternyata bukan mumi itu yang membuat geger, melainkan bentuk tubuh mumi yang membuat orang terkesiap. Bagian atas tubuhnya manusia, sedangkan bagian pinggang ke bawah berupa buaya. Beberapa penelitian pun segera dilakukan terhadap mumi aneh itu. Namun tak ada jawaban memuaskan yang didapat.

Sebagian berpendapat, kemungkinan mumi ini berasal dari tubuh seorang bocah yang dimangsa buaya, hingga separuh tubuhnya lenyap. Agar mayat dalam keadaan utuh, tubuh itu disambung dengan buaya pemangsanya yang berhasil dibunuh.

Namun tetap saja, kemungkinan ini terasa dibuat-buat. Apalagi ketika hasil penelitian menunjukkan adanya perubahan yang sangat halus dari bentuk tubuh manusia ke bentuk tubuh buaya. Dengan kata lain, mumi itu adalah jawaban keragu-raguan tentang siluman buaya pemuja Dewa Sebek pada masanya. iz/jss