Ini Kiai Denok, Lumpang Peninggalan Kerajaan Majapahit

Jumat, 09 November 2018

Di Desa Pungkruk, Kecamatan Plosokerep, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, ada sebuah benda peninggalan masa lampau. Benda itu berupa lumpang batu cukup unik, yang diberi nama Lumpang Majapahit.

Dinamakan begitu, karena berdasarkan hasil penelitian, lumpang itu memang merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit.

Menurut cerita yang beredar di masyarakat, lumpang peninggalan Kerajaan Majapahit itu setiap malam Jumat Kliwon sering menimbulkan suara aneh. Selain itu, setiap musim kemarau panjang, oleh masyarakat setempat, lumpang itu dipakai sarana untuk mendatangkan hujan.

Menurut masyarakat setempat, lumpang itu tidak diketahui asal-usulnya. Tahu-tahu benda itu berada di sawah milik seorang petani. Karena tidak diketahui asal usulnya, lumpang itu lantas dianggap sebagai lumpang tiban.

Tidak hanya itu. Setelah ditayuh atau dilihat dari kacamata supranatural oleh salah satu orang pintar’, lumpang itu ternyata ada yang mbaureksa (menghuni), yakni bernama Kiai Denok.

Sampai sekarang lumpang batu dengan diameter 1,15 m dan beratnya sekitar 4 kuintal itu dipercaya masih amat keramat. Menurut Saidi, sesepuh desa setempat, karena kekeramatannya itu, bagi siapa saja yang ingin mendekatinya diharapkan uluk salam (memberi salam) terlebih dulu kepada yang mbaureksa. Maksudnya, agar tidak mendapatkan gangguan.

“Pada malam Jumat Kliwon, kadang-kadang lumpang Majapahit itu menimbulkan suara yang aneh-aneh. Misalnya seperti suara kuda meringkik atau anjing menggonggong,” kata Saidi.

Setiap musim kemarau panjang, lumpang Kiai Denok itu biasa dialap berkahnya oleh masyarakat setempat untuk mendatangkan hujan. Untuk melakukan ritual ini ada syarat-syarat atau sesaji tertentu yang harus dipersiapkan. Di antaranya berupa kembang setaman dan kemenyan.

Untuk urusan ini, ada tahapan-tahapan tertentu yang harus dilakukan. Disebutkan Saidi, pertama-tama njawab atau mengutarakan apa yang menjadi maksud dan tujuannya kepada Kiai Denok. Setelah itu membakar kemenyan dan menaburkan kembang setaman ke dalam lobang lumpang batu itu.

Anehnya, tak beberapa lama kemudian setelah dilakukan ritual itu dan atas kehendak Tuhan, tidak jarang langit mendadak menjadi mendung dan selanjutnya turun hujan deras. jss