Pietro Paganini : Eropa Anggap Indonesia Negara Kecil, Hutan Dibabat Untuk Tanam Sawit

Selasa, 06 November 2018

NUSA DUA-Indonesia bergerak dalam arah yang tepat dalam mengaitkan pelabelan industrI sawit dengan tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustanaible Development Goals (SDG).

Pasalnya, dalam beberapa tahun ke depan, isu lingkungan masih mendominasi kampanye hitam sawit di luar isu kesehatan, terutama di Eropa.

Pietro Paganini akademisi dari John Cabot University Rome mengatakan, isu lingkungan yang dikaitkan dengan deforestasi masih menjadi topik menarik. Hal ini karena banyak orang di Eropa tidak memahami bahwa masyarakat menanam sawit di perkebunan dengan menerapkan penanaman berkelanjutan.

“Maraknya kampanye hitam menggiring pikiran kebanyakan orang di Eropa bahwa Indonesia hanya negara kecil. Untuk menanam sawit, masyarakat dan korporasi harus merusak hutan serta membunuh orang hutan serta satwa lain. Selama ini, Eropa dilencengkan dengan isu, bahwa hutan Indonesia dirusak hanya untuk memenangi industry sawit,” kata Pietro Paganini dalam diskusi pada 14 Th Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) and 2019 Price outlook di Nusa Dua Bali, pekan lau.

Pietro Paganini menyarankan beberapa hal yang bisa dilakukan pemerintah dalam mengantisipasi kampanye hitam yang masih akan dilakukan LSM. Pertama, para pemangku kepentingan sawit Indonesia harus aktif mempertanyakan kepada Pemerintah Eropa mengenai sertifikasi minyak nabati lain seperti Rapsed, kacang kedelai dan lainnya.

Pemerintah Indonesia berani mempersoalkan mengenai diskriminasi yang mereka lakukan terhadap sawit dengan mempertanyakan apakah minyak nabati di luar sawit juga melakukan penanaman berkelanjutan dan bisa dipertanggungjawaban.

“Menurut saya, ini jauh lebih penting daripada statement pemerintah Indonesia akan memboikot pembelian Boeing atau pernyataan lain yang justru memperkeruh pertikaian,” kata dia.

Kedua, kata Pietro Paganini, para pemangku kepentingan sawit harus melakukan lebih banyak kajian agar bisa berbicara melalui data akademis. Selama ini, kampanye hitam yang dilakukan banyak LSM di Eropa dan di Indonesia, sebagian besar tidak mempunyai kajian ilmiah. “Mereka berbicara tanpa data, namun dengan logika berpikir yang baik,” katanya.

Pietro Paganini mengharapkan, pemerintah Indonesia harus berpikir dan bertindak lebih strategis dibandingkan dengan negara pesaing minyak nabati lain serta LSM dalam melakukan kampanye positif.

Menurut dia, harus ada pelabelan yang jelas dari lembaga yang kredibel menyangkut kesehatan dalam produk yang mengandung minyak sawit. “Sebagian orang Italia, saat ini telah menyadari sawit punya kandungan kesehatan yang baik, akibat kampanye positif yang dilakukan disini. Namun peristiwa 2 tahun lalu di Italia, dimana sawit dicap sebagai minyak yang memiliki kandungan yang tidak sehat kini masih terjadi di sebagian negara Eropa, terutama Spanyol.”

Menurut dia, pelabelan sawit sebagai minyak yang sehat sangat penting. “Banyak orang dimanapun mungkin tidak peduli dengan kerusakan lingkungan, tetapi yang pasti mereka sangat peduli dengan kesehatan mereka sendiri,” kata dia.

Pietro Paganini juga mengungkapkan, keberadaan para LSM masih merupakan bagian penting dari kampanye hitam sawit di Indonesia. Karena itu, ke depan perlu keberanian pemerintah untuk mendebat dan menggugat kelompok LSM. Isu untuk meniadakan sawit sebagai bagian untuk menyelamatkan planet bumi selain kesehatan masih akan menjadi topik kampanya mereka dalam beberapa waktu ke depan. tps