Anomali Harga CPO, Karena Perang Dagang atau Kampanye Negatif?

Senin, 29 Oktober 2018

PEKANBARU - Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI) merilis hasil monitornya terhadap harga minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil;CPO) saat ini. Dalam kajiannya yang diterima SAWIT+.CO, PASPI mengungkap adanya anomali harga komiditas yang menjadi primadona Indonesia tersebut.

Penurunan harga CPO dunia yang cukup drastis telah menarik perhatian pelaku usaha dan pemerintah produsen minyak sawit dunia seperti Indonesia dan Malaysia. Anomali harga CPO dunia yang terjadi menghadirkan sebuah pertanyaan: “apa yang menyebabkan anomali harga ini bisa terjadi?”

Kondisi ini tidak bisa terus dibiarkan karena akan berdampak besar pada perkebunan kelapa sawit Indonesia yang banyak diusahakan petani rakyat di pedesaan. Berbagai asumsi muncul untuk menjelaskan penyebab terjadinya anomali harga CPO dunia ini seperti dampak adanya perang dagang atau dampak kampanye negatif yang selama ini gencar ditujukan kepada kelapa sawit. 

Tidak dapat dipungkiri, perang dagang yang terjadi antara Amerika Serikat dan China berpengaruh pada kondisi pasar global termasuk pasar minyak nabati. 

Kebijakan proteksi yang dilakukan Amerika Serikat terhadap baja dan aluminium China menimbulkan reaksi dengan adanya hambatan impor kedelai Amerika ke China.

Sebagai negara yang berpengaruh pada perekonomian global, perang dagang antara kedua negara ini menimbulkan kewaspadaan bagi negara-negara di dunia. Negara-negara lain menunggu kebijakan-kebijakan yang akan diterapkan oleh kedua negara dalam menghadapi perang dagang.

Hal lain yang dianggap mempengaruhi kondisi pasar global adalah kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat yang beberapa kali menaikkan suku bunganya pada tahun 2018. Dampak dari kebijakan ini akan mendorong Bank Sentral di berbagai negara berusaha menjaga stabilitas ekonominya yang salah satu caranya dengan ikut menaikkan suku bunga. 

Kenaikan suku bunga ini berpengaruh negatif pada perkembangan dunia usaha termasuk industri sawit karena  investor akan cenderung menunda investasi. Saat ini juga terjadi pelemahan nilai mata uang terhadap dollar Amerika di berbagai negara termasuk Rupiah. 

Sejak pertengahan tahun 2017, telah terjadi pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar. Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar saat ini telah mencapai angka Rp15.000/Dollar. 

Dalam konteks perdagangan minyak sawit, pelemahan nilai Rupiah ini menjadi insentif bagi Indonesia karena posisi Indonesia sebagai produsen yang 

mengekspor minyak sawit ke pasar internasional. Namun ternyata pelemahan nilai mata uang negara- negara tujuan ekspor Indonesia lebih besar dibandingkan pelemahan nilai Rupiah sehingga daya saing produk minyak sawit Indonesia semakin rendah.

Anomali harga CPO dunia juga diduga sebagai dampak dari masifnya kampanye negatif terhadap industri sawit dalam beberapa decade terakhir. 

Perkembangan industri sawit yang membentuk suatu megasektor agribisnis sawit dari subsistem hulu hingga subsistem hilirnya dan disertai adanya subsistem jasa pendukung agribisnis sawit, berhasil menjadikan minyak sawit sebagai salah satu minyak nabati utama dunia dan bahkan merubah pola konsumsi minyak nabati di berbagai kawasan. 


Kehadiran minyak sawit menekan pasar minyak nabati lainnya sehingga muncullah kampanye-kampanye negatif terhadap kelapa sawit. Berbagai isu digunakan untuk membentuk citra negatif kelapa sawit, mulai dari isu kesehatan, sosial, hingga isu lingkungan yang sering digunakan LSM anti sawit saat ini. 

Masifnya kampanye negatif yang disebarkan dengan berbagai media bisa mengubah pandangan masyarakat terhadap industri sawit sehingga menolak keberadaan perkebunan atau produk-produk kelapa sawit. Saat citra negatif kelapa sawit tertanam dalam pola pikir masyarakat, maka masyarakat tersebut akan menghindari konsumsi produk-produk kelapa sawit. 

Akibatnya, permintaan terhadap minyak sawit akan menurun dan menyebabkan harga CPO juga mengalami penurunan.

Harga CPO dunia pada tahun 2016 dan 2017 secara rataan berada di atas USD 700/ton. Namun memasuki periode tahun 2018, ternyata harga CPO dunia terus menunjukkan trend penurunan dari bulan Januari hingga memasuki bulan Oktober 2018 telah menyentuh rataan harga USD 533/ton. Bay