Penjelasan Tony Liwang Soal Bagaimana Cara Memilih Benih Sawit Unggul

Jumat, 26 Oktober 2018

PEKANBARU - Benih menjadi faktor utama dalam proses budidaya Kelapa Sawit. Jika benih tidak bagus, mau dipupuk sebanyak apapun hasilnya juga tidak akan maksimal.

Itu karena benih bersifat genetik dan akan bersifat  terwariskan. Berapapun dipupuk setelah tumbuh, potensi genetiknya tidak akan banyak berpengaruh. Sama halnya dengan manusia yang setelah habis masa pertumbuhan tak bisa tambah tinggi lagi, berapapun banyak asupannya.


Oleh sebab itu, sangat perlu proses seleksi dalam memilih benih. Lalu bagaimana caranya memilih benih yang baik untuk ditanam? Head of Plant Production and Biotechnology 

Division PT. SMART Tbk. Tony Liwang kepada SAWIT+.CO mengatakan saat ini sudah ada teknologi marka genetik yang sudah bisa membedakan karakteristik benih.


Teknologi tersebut sudah dapat membedakan benih mana yang nantinya akan berbuah banyak, minyaknya banyak, tahan genoderma, atau yang tahan kekeringan. Di situlah nantinya sawit akan kompetitif di masa mendatang. Saat ini kebanyakan petani sudah menanam baru tahu ternyata tanahnya gambut atau berpasir dll.


"Harusnya sudah tahu duluan, ada benih untuk lahan yang cenderung mengalami kekeringan atau lahan yang sudah endemik Ganoderma. Namun karena keterbatasan informasi yang dimiliki maka mereka membeli benih apa saja yang tersedia. Kita harus sadar bahwa tanamam sawit tak bisa ngomong, kita yang harus punya kecerdasan untuk menyesuaikan dimana sawitnya cocok ditanam, jangan maksa ditanam di lahan yang tidak sesuai. Meskipun memang tetap tumbuh dan berbuah, tapi tidak akan  optimum," ujarnya.


Dia mencontohkan seperti benih Dami Mas di perusahaannya yakni yang diproduksi oleh PT Dami Mas Sejahtera di Desa Beringin Lestari, Kecamatan Tapung Hilir, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. 


Dengan bioteknologi yang berkembang saat ini katanya sudah bisa dipilah dan secara teknik juga sudah dimungkinkan gen sawit itu untuk apa dan dimana cocoknya. Dari situ seharusnya sudah mulai sesuaikan dengan kondisi agro ekosistem dimana sawit akan ditanam dan jangan lagi alam yang disalahkan tetapi kita yang berusaha memitigasi dampak negatif kondisi alam tersebut. 

"Sawit itu kalau bisa bergerak pasti mau pindah tempat, tapi kan ini beda dengan binatang. Beda juga dengan tanaman semusim seperti jagung kalau tak bagus bisa segera diganti kalau tanaman tahunan seperti karet, sawit, dan kopi tidak karena dampaknya baru akan ketahuan beberapa tahun mendatang. Mau aplikasi pupuk banyak pun juga tak mungkin, jika hasilnya tidak akan optimal, tidak berkelanjutan," ungkap Tony. Bay