Tragedi Setan (20) : Ini Iblis Berdasar Bukhari dan Muslim

Selasa, 16 Oktober 2018

Pandangan singkat tentang bahan-bahan yang dipilih dari ketiga buku petunjuk hadits ini memberikan gambaran yang sangat berbeda dengan mitologi Iblis yang sudah lebih jauh berkembang dari penafsiran dan dongengnya.

Dalam buku petunjuk hadits, Iblis hampir tidak disebutkan sama sekali. Terdapat tidak lebih dari sepuluh referensi khusus tentang Iblis dalam Muslim, Ibnu Maja dan dua bab Al-Bukhari bila digabungkan menjadi satu.

Namun begitu, hadits ini tidak bisa dianggap kekurangan referensi tentang Pangeran Kejahatan itu. Ada sekitar dua ratus hal pemakaian judul Ash-Shaytan, yang kebanyakan merujuk pada setan itu sendiri, dan tidak pada jiwa yang lebih rendah.

Banyaknya pengguna kata Ash-Shaytan dari kata Iblis dalam kumpulan-kumpulan hadits Al-Bukhari, Muslim, dan Ibnu Maja lebih menunjukkan suatu pilihan sistematik. Hal ini kelihatannya bukan untuk mengemukakan, bahwa setiap judul menggambarkan figur setan dalam suatu penjelasan yang berbeda.

Nama Iblis, sebagaimana yang terlihat sebelumnya, sangat berhubungan erat dengan perkembangan suatu kepribadian mitos yang kompleks. Iblis adalah seorang pertapa, penyembah yang taat, penguasa langit, penjaga surga, penyanggah singgasana, sombong, angkuh, giat dan sebagainya.

Seseorang tidak dapat hanya menggambarkan dia dalam hitam atau putih semata. Terlalu banyak konflik dan arti mendua dalam penciptaannya, dan kompleksitasnya inilah yang menambah lebih hidup dan lebih dalamnya penggambaran tersebut.

Judul "Ash-Shaytan", sebagaiman yang diberikan dalam hadits, menggambarkan setan menurut Muslim dari suatu perfektif yang secara substansial berbeda. Kita akan lebih banyak dihadapkan dengan suatu kekuatan yang jahat daripada dengan suatu kepribadian yang sangat bernuansa.

Fokusnya bukanlah pada proses psikis batin Iblis/Ash-Shaytan, melainkan agak lebih pada pengaruh-pengaruhnya yang mencelakakan, yang ditimbulkan kekuatan setan tersebut terhadap kehidupan manusia, laki-laki dan perempuan.

Tidaklah aneh bila kita mempertimbangkan perhatian yang lebih terhadap hadits dengan praktek-praktek kehidupan sehari-hari manusia. Ash-Shaytan lebih sering bersifat satu dimensi. Dia adalah jahat, licik dan penuh tipu daya. Kesenangannya adalah untuk menyebabkan manusia tersesat. Ada sedikit pengertian yang mendua di sini. Pada umumnya dalam sebagian kecil referensi khusus untuk Iblis itulah bahwa kepribadian Iblis hidup dalam seluruh kompleksitas.

Suatu tinjauan dari bahan-bahan tentang Iblis/Ash-Shaytan menunjukkan, bahwa hal ini menyentuh aspek-aspek yang nyata dari kehidupan manusia sebagai berikut : (1) Kedekatan setan berhubungan dengan sifat manusia dan perwujudannya dalam kehidupan psikis manusia: tidur, mimpi, bayangan, dan sebagainya.

(2) Upaya-upaya untuk menghancurkan kehidupan ibadah manusia dan campur tangannya terhadap proses makan, minum dan fungsi-fungsi tubuh lainnya. (3) Kekuatan setan untuk memperdaya manusia akan bertambah kuat di waktu senja, malam sampai dinihari.

(4) Bantuan yang diberikan Allah kepada laki-laki dan perempuan untuk melawan sang musuh ini. Akan lebih bermanfaat bagi kita jika kita membahas secara singkat masing-masing dari wilayah tersebut, sehingga dapat melengkapi biografi mitos kita tentang Iblis sebagaimana hal ini telah dirumuskan oleh masyarakat Muslim. (bersambung/jss)