Terpana Sinar Kemaluan Dedes, Ken Arok Bunuh Tunggul Ametung

Kamis, 11 Oktober 2018

Sejak ditemukan di reruntuhan Candi Singosari Jawa Timur tahun 1819, patung bersejarah ini langsung diboyong ke Leiden Belanda. Sekarang patung Putri Dedes ini bisa dilihat di Museum Nasional Jakarta. Ini patung paling populer sepanjang peradaban negeri ini. Sosok patung ini adalah moyang penurun raja-raja Singosari dan Majapahit.

Kendedes, adalah putri Empu Purwa, pendeta Budha Mahayana. Saat Dedes memasuki usia akil balik, dia diculik dan diperistri Bupati Tumapel, Tunggul Ametung. Kisah pun berlanjut. Tunggul Ametung akhirnya mati di tangan pemuda desa bernama Ken Arok. Anak Ken Endhok ini menghabisi nyawa suami Dedes itu dengan sebilah keris yang belum jadi. Keris Empu Gandring.

Lepas dari pelukan Tunggul Ametung, Kendedes yang tengah mengandung anak pertama buah cintanya dengan Tunggul Ametung itu disunting Ken Arok. Versi lain, anak yang ada dalam kandungan Kendedes, dipercaya bukan anak Tunggul Ametung. Itu adalah anak hasil hubungan dewa dengan perempuan tani, bernama Kendedes.

Mengapa Arok sampai ngotot mengawini Dedes yang tengah mengandung itu? Ini tak lepas dari terawang Lohgawe terhadap pengalaman Arok. Ketika Dedes masih bersama Tunggul Ametung, Arok melihat putri jelita ini sedang turun dari kereta yang membawanya.

Tatkala separuh kakinya melangkah, angin nakal menyibak kain yang dipakainya. Arok melihat bagian tersembunyi Dedes. Dari kemaluan itu seberkas sinar memancar. Setiba di padepokan ditanyakan makna di balik kemaluan Dedes yang bersinar itu. Kata Lohgawe, siapa saja yang dilahirkan dari kemaluan itu akan menjadi raja.

Kendedes adalah perempuan paling masyhur sepanjang perjalanan peradaban Nusantara. Dia adalah wanita yang menurunkan raja-raja Singosari yang digdaya. Kendedes tidak bisa dipisahkan dari kemelut perebutan kekuasaan menjelang dan masa akhir kerajaan Singosari. Sebuah rangkaian kisah paling dramatik dalam sejarah kerajaan Jawa.

Putri Empu Purwa - sang pendeta Budha Mahayana itu memang hanya sebuah patung andesit dengan tinggi tak lebih dari 126 cm. Namun patung ini sampai sekarang tetap diyakini mempunyai kekuatan luar biasa. Pantaslah patung Kendedes banyak menjadi rebutan museum-museum terkenal dunia. Sebab semasa hidupnya ia telah menorehkan sejarah panjang dalam perkembangan raja-raja di Nusantara khususnya Singosari.

Dari kudeta Ken Arok itu, tahun 1222 Ken Arok menggulingkan raja Kediri, lalu mendirikan kerajaan Singosari dan mengangkat dirinya sebagai raja pertama bergelar Rajasa atau Amurwabhumi. Pada tahun 1227 Ken Arok tewas dibunuh oleh Anusapati, anak Kendedes dari Tunggul Ametung dengan keris yang sama, buatan Empu Gandring.

Meski sejarah telah mencatat patung Kendedes memiliki riwayat panjang dalam pembentukan raja-raja Singosari, tetapi soal posisi tempat ditemukannya patung itu masih misterius. Yang jelas, patung itu ditemukan oleh seorang pegawai pemerintah Kolonial Hindia Belanda, D. Monnerean di antara reruntuhan Candi Singosari pada tahun 1819. Saat ditemukan, masyarakat setempat menyebutnya sebagai patung Putri Dedes atau Kendedes.

Tak berapa lama rakyat yang bermukim di lokasi tempat ditemukan patung sang putri menjadi resah. Sebab, tanpa diketahui penyebabnya mendadak patung itu diterbangkan ke negeri Belanda. Keresahan masyarakat itu terus berlanjut menyusul pro kontra posisi ditemukannya patung.

Sebagian ada yang menyebut patung sang putri awalnya terletak di bagian cungkup Candi Singosari, yakni di cungkup putri. Tapi, pendapat itu bisa juga salah dan patung itu tidak ada sangkut pautnya dengan Kendedes. Yang lebih mengejutkan, setelah patung itu dibawa ke Belanda, ternyata pagebluk mengancam di daerah tempat asal patung itu ditemukan.

Pendapat ini merujuk pada kitab Pararaton. Lohgawe, Brahmana penasehat spiritual Ken Arok itu tidak menyebut Kendedes sebagai Prajna Paramita. Dia sebagai Ardhaneswari, yakni nama lain dari Dewi Parwati. Lalu, dimana keistimewaan dan keindahan dari patung ini ?

Patung yang tersimpan di Museum Nasional ini, mirip sebuah lukisan karya agung Leonardo Da Vinci, Monalisa. Semakin dipandang, semakin memancarkan daya tarik dan menumbuhkan rasa damai di hati. Ya, patung itu memang indah.

Sang Dewi digambarkan sebagai perempuan muda dengan mata terkatup. Ia duduk bersila, dalam posisi padmasana di atas bantalan daun teratai yang menjulur. Kedua lengannya, tepat di depan dada dengan jemari dalam sikap memutar roda hukum (Darmacakra Mudra). Lalu setangkai sulur teratai membelit lengan kiri sang Dewi dan menyangga bahu kebijakan transendental (Prajnaparamita Sutra).

Sedangakan tiga kalung manik-manik dan perhiasan menghias lehernya yang jenjang serta dadanya. Kedua lengan, dibelit gelang kelat bahu dan sehelai kain menutup bagian pusar sampai ke pergelangan kaki. Itulah gambaran dari sang putri yang agung. jss