Ini Cerita Wayang : Tragedi Sumpah Cantrik Cabul Janaloka

Kamis, 11 Oktober 2018

Sebagai lelananging jagad, Raden Arjuna punya banyak istri. Di antaranya Dewi Manuhara, putri Begawan Manikara (Sidikwacana) dari Pertapaan Andongsekar (Andongcinawi). Dari perkawinan itu dikaruniai dua orang putri, Pregiwa dan Pregiwati.

Suatu saat, kedua putri Arjuna itu ingin menemui ayahnya di Madukara. Dia diantar Cantrik Janalaka. Sang cantrik murid pertapaan itu menjahilinya di tengah perjalanan. Sebab, diam-diam sang cantrik itu jatuh cinta pada keduanya. Ini kisahnya versi wayang purwa.

Telah lama Pregiwa dan Pregiwati ingin tahu siapa ayahnya. Keduanya meski sudah menginjak usia remaja, namun belum pernah bertemu dengan ‘bapaknya’. Yang dikenalnya hanya Begawan Manikara alias Begawan Sidikwacana, kakeknya, dan Dewi Manuhara, ibunya.

Didorong keingintahuan, akhirnya Pregiwa dan Pregiwati memberanikan diri menanyakan itu pada ibunya. Setiap mendapat pertanyaan itu, Dewi Manuhara tampak sedih dan selalu menghindar. Namun, lama-kelamaan karena sering didesak dua anaknya itu, akhirnya Manuhara minta pertimbangan pada Begawan Manikara.

“Ayahanda Begawan, apakah sudah saatnya saya memberitahu anak-anakku siapa sebenarnya ayah mereka. Saya kasihan melihat mereka belum pernah bertemu dengan bapaknya,” ujar Dewi Manuhara.

Ternyata, Begawan Manikara mengizinkan Manuhara memberitahukan siapa ayah mereka. Dipanggillah kedua dara jelita itu untuk menghadap kakeknya.

“Ketahuilah wahai cucuku wong ayu (orang cantik), ayahandamu itu sebenarnya adalah ksatria panengah Pandawa, Raden Arjuna. Ayahmu itu tinggal di Ksatrian Madukara,” katanya.

Mengetahui siapa ayahnya, Pregiwa dan Pregiwati bersikeras ingin menemui Raden Arjuna. Meski sudah diingatkan kakek dan ibunya, bahwa Madukara itu sangat jauh, keduanya tetap nekad ingin pergi.

“Kakek dan ibu, izinkan saya dan Pregiwati pergi menghadap ayahanda Arjuna, meski kami harus menempuh perjalanan sendiri,”kata Pregiwa.

Akal Busuk Sang Cantrik

Karena terus-menerus mendapat desakan dari cucunya, akhirnya Begawan Manikara mengambil keputusan. Memberi izin Pregiwa dan Pregiwati pergi, namun dengan pengawalan khusus salah seorang muridnya.

Di luar dugaan ada salah seorang cantrik yang menawarkan diri menjadi pengantar (pengawal) ke Madukara. Dia adalah Cantrik Janaloka, salah satu murid terpandang di Pertapaan Andongsekar.

Duh, Sang Begawan, izinkanlah hamba yang mengantar kedua cucu paduka. Saya siap menjaganya selama dalam perjalanan ke Madukara. Keduanya akan saya hadapkan kepada Raden Arjuna,”ujar Cantrik Janaloka mantap.

Meski sudah ada yang bersedia mengawal, namun kekhawatiran dirasakan oleh Begawan Manikara. Dia tak bisa percaya begitu saja pada Cantrik Janaloka. Sebab, muridnya yang satu ini tampaknya sangat tertarik, bahkan mencintai Pregiwa dan Pregiwati.

“Hai Cantrik Janaloka. Kuizinkan kau mengantar Pregiwa dan Pregiwati. Namun sebelumnya kau harus bersumpah di hadapanku: bahwa kau tak akan mengganggu kedua cucuku selama dalam perjalanan ke Madukara,”pinta Sang Begawan.

“Baiklah Sang Begawan. Saya bersumpah tidak akan mengganggu Pregiwa dan Pregiwati. Kalau saya sampai mengganggu, maka mudah-mudahan saya akan mati dikeroyok orang,”ujar Cantrik Janaloka lantang.

Saat sumpah itu diucapkan, terdengar halilintar menyambar, sebagai pertanda sumpahnya disaksikan para dewa dan seisi alam.

Pada hari yang ditentukan berangkatlah Pregiwa dan Pregiwati dikawal Cantrik Janaloka ke Ksatrian Madukara. Belum sampai separuh perjalanan, Cantrik Janaloka sudah lupa akan sumpah yang telah diucapkannya.

“Bukanlah ini kesempatan emas untuk mengutarakan rasa cintaku pada Pregiwa dan Pregiwati. Kalau mereka menolak, akan kutakut-takuti. Pokoknya, saya harus bisa mendapatkan cinta keduanya. Duh, dua gadis ini kok cantiknya minta ampun,”ujar Cantrik Janaloka dalam hati.

Cantrik Janaloka memberanikan diri mengutarakan isi hatinya. Namun, dia bertepuk sebelah tangan. Sebab, ternyata Pregiwa dan Pregiwati menolak cintanya. Mendapat jawaban yang mengecewakan itu, Cantrik Janaloka malah marah-marah dan mengancam akan meninggalkan keduanya di tengah jalan.

Karena takut ditinggal di tengah jalan, maka Pregiwa dan Pregiwati pura-pura mau menerima cinta Cantrik Janaloka. Mengetahui kesediaan dua gadis itu menjadi kekasihnya, Cantrik Janaloka mulai macam-macam. Bahkan, dia minta dipijati dan diistimewakan selama dalam perjalanan.

Pregiwa dan Pregiwati secara tegas menolak keinginan Cantrik Janaloka yang tidak wajar, seperti minta cium dan peluk. Bahkan, lebih parah lagi, Cantrik Janaloka minta dilayani layaknya suami.

Memang, cantrik yang satu ini tetap nekad. Dia memaksa kedua gadis itu untuk menuruti keinginannya.

Belum selesai Cantrik Janaloka menjahili keduanya, tiba-tiba datang rombongan balatentara Kurawa yang bermaksud memboyong Pregiwa dan Pregiwati sebagai persyaratan pernikahan Raden Lesmana Mandrakumara melamar Dewi Siti Sundari, putri Prabu Kresna (Dwarawati).

Karena Cantrik Janaloka mempertahankannya, maka terjadilah pertempuran. Akhirnya, Cantrik Janaloka tewas dikeroyok orang-orang Kurawa. Sang cantrik tampaknya harus membayar mahal sumpahnya sendiri.

Saat itulah datang Raden Gatotkaca dan Raden Abimanyu. Keduanya menyelamatkan Pregiwa dan Pregiwati yang berteriak minta tolong karena dilarikan tentara Kurawa.

Setelah saling mengenal, baru tahu kalau mereka sebenarnya masih bersaudara. Akhirnya, keduanya diantar ke Ksatrian Madukara sekaligus sebagai persyaratan Raden Abimanyu melamar Dewi Siti Sundari. Kelak, Pregiwa diperistri Gatotkaca, sedangkan Pregiwati diperistri Pancawala. mok/jss