Therapy Sengat Lebah Harus Tahu Dosis, Jangan Asal Disengat Lho

Selasa, 02 Oktober 2018

Banyak orang bertanya-tanya bagaimana pengobatan sengat lebah ini dilakukan. Seperti umumnya praktik pengobatan, mula-mula pasien didiagnosis penyakitnya. Setelah itu, baru ditanyakan hal-hal khusus semacam komplikasi penyakit, tekanan darah, keadaan jantung, dan alergi yang diderita.

Ini sangat diperlukan sebab apipunktur tak selalu baik bagi setiap orang. Bagi mereka yang menderita hiperalergi, jantung kronis atau lever, lebih baik mengurungkan niat untuk berobat dengan cara ini. Bukan kesembuhan yang dibawa pulang, melainkan masalah baru berkaitan dengan racun lebah.

Setelah itu pasien siap untuk ‘disengat’. Tubuh pasien mulai ditelusuri. Mula-mula, memang ilmu akupunktur yang diterapkan. Beberapa titik syaraf pada tubuh pasien yang memerlukan sengatan ditandai dengan lingkaran kecil. Jika penelusuran titik syaraf dirasa telah cukup, tibalah saatnya memainkan peran sang lebah. Dengan pinset, seekor lebah pekerja diambil dari sebuah toples.

Dengan gerakan yang pelan namun pasti, ahli apipunktur menusukkan sengat lebah tepat pada lingkaran yang dibuatnya. Dengan sekali sengat ini, sang lebah tewas. Sementara pasien tetap bugar.

Dibandingkan dengan akupunktur, efek apipunktur lebih kuat dan tahan lama. Pasien akupunktur hanya merasakan efek pengobatannya paling lama 15 menit. Sementara efek sengatan lebah mampu bertahan hingga 4 x 24 jam. Itulah mengapa pengobatan apipunktur dilakukan paling cepat tiga hari sekali. Meski banyaknya sengatan disesuaikan dengan penyakit dan kondisi pasien.

Bagaimana ‘dosis’nya?

Bersentuhan dengan racun, apapun jenisnya, tentunya tak bisa sembarangan. Sekali perhitungan meleset, mungkin meleset pula nyawa kita. Pengobatan dengan sengat lebah yang beracun ini demikian pula halnya. ‘Dosis’ atau banyaknya sengatan mesti sangat diperhatikan.

Jenis penyakit yang berbeda memerlukan penanganan yang berbeda pula. Sementara ini, sengatan terbanyak memang dilakukan bagi pasien lumpuh, yakni hingga sekitar 200-an sengatan. Ini pun tergantung kondisi pasien.

Bagi pasien baru yang belum pernah menjalani terapi ini, hanya perlu sekali sengatan. Empat atau lima hari kemudian diberikan tiga kali sengatan. Pada pertemuan ketiga meningkat menjadi 6-10 sengatan. Jumlah ini terus bertambah pada tiap pertamuannya. Namun, bagi pasien yang mengalami perkembangan sangat baik, pada pertemuan kedua sudah bisa menerima 1- 10 sengatan.

Menurut kenyataan yang ada, penyakit yang paling mudah ditaklukkan adalah reumatik. Sengatan lebah menyebabkan kulit di sekitarnya menjadi merah dan terasa hangat karena banyak darah mengalir ke permukaan. Berkat bantuan enzim dalam racun lebah itu, tubuh terdorong untuk membentuk hormon kortison yang berguna untuk mengobati penyakit reumatik.

Selain cara yang alamiah ini, ada juga cara lain dengan mengawetkan racun lebah. Namun menurut Hembing, selain mahal, daya penyembuhannya menjadi berkurang. iz/jss