Lontar Mandaragiri Itu Dijaga Wong Samar

Rabu, 26 September 2018

Ini soal kepercayaan di Bali. Buah kelapa tanpa mata, diyakini bermanfaat mengobati berbagai penyakit. Selain tepat sebagai panjeng (benteng) rumah.

Namun untuk mendapatkannya sulit. Untuk itu tak salah jika ada yang menyebut pohonnya ada di alam gaib. Semua itu tersurat dalam Lontar Mandaragiri.

Peristiwa yang menggegerkan ini pernah menimpa warga Denpasar Bali yang kerawuhan (kesurupan). Saat kesurupan itu dia minta buah kelapa buta (tanpa mata). Bila tidak dituruti, pasukan pageblug (penyakit) akan menyerbu.

Warga pun pontang-panting. Dari puluhan ribu buah kelapa, belum tentu satu butir ada yang bertempurung ttanpa mata. Selain itu sulit dikenali dari luar karena terbungkus serabut.

Nah sekitar tahun 1996 itu peristiwa ini terjadi di sebuah banjar (desa) di Kodya Denpasar, orang kerawuhan (kasurupan). Nama orang yang mengalami itu adalah Made Sudana.

Tanpa ada kegiatan ritual apa-apa, Made mendadak kerawuhan. Mulutnya komat-kamit. Sementara salah satu keluarga Made tidak menanggapi serius kejadian itu. Mereka cuek. Bisa dimaklumi. Di samping tidak pernah terjadi hal seperti itu, juga tidak biasanya orang kerawuhan pada tempat-tempat yang tidak ada aktivitas ritual.

Orang yang kerawuhan itu jelmaan Ida Bhatara. Dia marah dan mengancam akan membuat banjar bersangkutan gerubug (kena wabah penyakit). Warga pun kaget dan takut. Warga menjadi sadar dan percaya kalau yang muncul pada diri orang kerawuhan itu adalah sesembahan di salah satu pura, tempat suci.

Warga minta ampun. Warga mengajukan permohonan agar ancaman itu tidak dilakukan. Mereka mau berbuat dan melakukan apa saja, asal tidak menjatuhkan sanksi menjadikan warga gerubug.

Orang kerawuhan itu meminta imbalan. Yang diminta bukan uang atau emas atau darah manusia. Dia hanya ingin kelapa. Buah kelapa? Ya, itulah permintaan orang kerawuhan itu. Tetapi, buah kelapa yang dimaui adalah tanpa mata pada bagian batoknya.

Sungguh sulit bagi masyarakat untuk menjawab keinginan orang kerawuhan itu. Jangankan melihat, mendengar pun belum pernah. Demi menyelamatkan banjarnya, akhirnya warga nekat menyanggupi permintaan itu.

Inggih, tiang sanggup ngerereh nyuh tan memata,” ucap warga dengan bahasa Bali. Artinya, masyarakat bersedia mencari buah kelapa tanpa mata.

Tokoh-tokoh masyarakat setempat segera merapatkan barisan dan meminta semua warganya untuk mengusahakan buah kelapa tanpa mata. Cukup lama tidak berhasil menemukan buah kelapa tanpa mata, sampai warga sedikit putus asa.

Saat itulah seorang tokoh kebatinan Soelung Lodhaya, begitu mendengar cerita itu, merasa terpanggil untuk mengusahakan. Pasalnya, sebelumnya dia sudah pernah mendapatkan buah kelapa tanpa mata untuk seorang pendeta (pedanda) di Desa Tegallalang, Gianyar.

Soelung Lodhaya membenarkan diminta tolong oleh warga setempat untuk mengusahakan buah kelapa tanpa mata. Dia pun mengerahkan 80 ribu wong samar (sejenis jin) yang selama ini menjadi ‘genggamannya’. Wong samar berupa dedemit, tonyo, memedi, dan lainnya, segera diperintahkan keluar kandang guna mencari kelapa tanpa mata.

Perlu diketahui, buah kelapa tanpa mata ini sangat sulit dicari di muka bumi ini. Di samping tidak tampak dari luar, juga pohonnya tidak ada. Pohon ini ada di alam gaib, dan dihuni raja-raja kelompok wong samar lainnya. Untuk mendapatkan barang ini, ‘prajurit’ Soelung Lodhaya yang berjumlah puluhan ribu itu harus mempertaruhkan nyawa. Caranya, jalan satu-satunya harus bertempur dengan sesama wong samar.

Akhirnya kelapa itu didapat. Bukan di Bali, melainkan di seberang lautan, yakni di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Buah kelapa buta diperoleh di Lombok setelah melalui perjalanan panjang.

Kegigihan dan kemampuan ‘pasukan’ Soelung patut diakui. Selain mampu mengusahakan barang dengan cepat, juga pulang dengan keadaan selamat.

Esok harinya, kelapa buta dibawa ke banjar bersangkutan dan diserahkan. Kegirangan warga sama halnya apa yang dirasakan Soelung. Warga tidak cemas lagi. Ancaman serius untuk membuat warga gerubug tidak jadi. Maka, damailah warga setempat sampai sekarang.

Pangijeng Rumah

Berdasarkan Lontar Mandaragiri, banyak kegunaan kelapa buta. Di samping memiliki perbedaan bentuk dengan buah kelapa biasa, juga tanpa isi. Di dalam buah kelapa buta tidak ada isi, melainkan ada minyak. Minyak inilah yang bermanfaat bagi keselamatan manusia. Bisa digunakan untuk pangijeng rumah (membentengi rumah), juga untuk keperluan penting lainnya.

Beberapa ahli obat dan tokoh spiritual Bali mengakui sulitnya memperoleh buah kelapa buta. Kalau itu berhasil didapat, luar biasa untuk membantu warga yang memerlukan.

Ingin tahu wong samar? Perbedaannya dengan manusia, di bawah hidung tidak ada cekung atau gelombangnya. Semuanya datar, serta tidak punya telapak kaki. Sehingga ketika berjalan, kakinya tidak menginjak tanah. Wong samar itu bisa mengubah wujud jadi apa saja. rai/jss