Mengunjungi Makam Raja Indragiri di Kota Lama Rengat

Ahad, 23 September 2018

RENGAT-Indragiri Hulu (Inhu) yang dikenal sebagai kota bersejarah ini memiliki banyak objek wisata yang bisa dikunjungi. Terdapat situs bersejarah peninggalan Kerajaan Indragiri dan beberapa danau yang berkaitan dengan kejayaan kerajaan Melayu masa lalu.

Salah satunya situs cagar budaya Kompleks Makam Raja-raja Indragiri. Situs cagar budaya ini terdapat di Desa Kota Lama, Kecamatan Rengat Barat.

Kompleks ini merupakan salah satu dari sekian banyak Kompleks Pemakaman Raja Indragiri yang tersebar di beberapa Kecamatan di Indragiri Hulu.

Di Kompleks Pemakaman Raja-raja Indragiri ini terdapat makam Raja Indragiri beserta keluarga dan pengikutnya. Di antaranya Makam Raja Narasinga II beserta putranya, Sultan Usuluddin, serta makam panjang sekitar 12 meter, yakni makam Panglima Raja Narasinga II, Andi Sumpu Muhammad yang bergelar Panglima Jukse Besi.

Di dalamnya terdapat makam Raja Narasinga II yang bergelar Paduka Maulana Sri Sultan Alaudin Iskandarsyah Johan Zirullah Fil Alam (sultan kerajaan Indragiri ke-4) setelah pusat kerajaan Indragiri Pematang Tua (Pekan Tua) dipindahkan ke negeri Meduyan (Kota Lama saat ini).

'Di makam itu juga terdapat makam putranya yang bernama Usuluddin (Sultan Indragiri kelima), makam Sultan Kesedangan Indragiri (Ahmad Alam Syaputra) yang diangkat menjadi Raja Ibadah, makam Datuk Bendahara Raja Usman Fadillah Mangku Bumi Indragiri yang pernah dinobatkan menjadi Sultan Indragiri ke-15, Makam Raja Muda Indragiri Pertama (Raja Bergombak), Makam Panglima Andi Sumpu Muhammad Jokce Besi yang merupakan panglima Narasinga II.

"Kebinekaan tunggal ika itu sudah ada sejak zaman kerajaan dahulu, karena dalam komplek ini juga Makam Jenderal Verdicho Marloce panglima perang Kerajaan Portugis yang ditawan oleh Raja Narasinga II ketika Perang Daek Lingga (Malaka) merebut Kota Malaka dari kekuasaan Portugis yang kemudian dibawa ke Indragiri dan wafat di Indragiri serta sejumlah makam para menteri Kerajaan Indragiri,'' papar Saharan.

Dijelaskan Saharan, di kawasan Cagar Budaya komplek Makam Raja Raja Indragiri juga terdapat Benteng Pertahanan Kerajaan Indragiri yang terbuat dari gundukan tanah mengelilingi areal makam atau yang disebut Benteng Aur Berduri, yang sampai saat ini masih terjaga dan terpelihara.

Sebagaimana diketahui bahwa asal usul keturunan Raja-raja Indragiri ini adalah berasal dari Sultan Malaka ke-4 yang bernama Malik Al Muluk, jadi selain merupakan makamnya Raja- Raja Indragiri ini juga merupakan makamnya leluhur dan nenek moyang orang Malaka.

Tak hanya itu, di kawasan Cagar Budaya Komplek Makam Raja Raja Indragiri adalah sebuah kawasan yang sangat strategis untuk pusat penelitian budaya dan sejarah karena di kawasan ini juga ditemukan berbagai pecahan pragmen (pecahan keramik) dan gerabah yang menunjukkan ada peradaban kehidupan masa lalu yang diduga berasal dari peninggalan dinasty Ming, Yang, Cing serta dari kerajaan Vietnam jelas SSaharan.

Dua makam yang berdampingan yakni makam Raja Narasinga II dengan makam bekas tawanan perangnya yang diangkat sebagai menterinya yakni Jenderal Verdicho Marloce berdampingan.

Makam Raja Narasinga II yang ornamennya melayu simbol seniotik Islamic. Sementara, makam Jenderal Verdicho Marloce identik dengan simbol seniotik identitas diri Nasrani yang berlambangkan salib pada batu nisannya di sebelah makam Raja Narasinga II.

Kedua makam ini terletak di Kawasan Cagar Budaya peninggalan sejarah Kerajaan Indragiri, di desa Kota Lama, Kecamatan Rengat Barat, Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu), Riau.

Raja Narasinga II ini berperang dan berjuang merebut Kota Malaka dari kekuasaan kerajaan Portugis di bawah komando Jenderal Verdicho Marlos sebagai panglima perangnya, selama 20 tahun antara tahun 1512 sampai 1532.

"Jenderal Verdicho Marloce beragama Nasrani, namun mengabdikan diri kepada Raja Narasinga II yang notabene beragama Islam. Artinya Jenderal Verdicho mengabdi pada Islam, namun tetap pada agamanya hingga akhir hayatnya," ujar Saharan Staf Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Batu Sangkar Wilayah Sumbar, Riau dan Kepulauan Riau, saat berbincang dengan Sawitplus.co

Dikatakan Saharan, Jenderal Verdicho sebelumnya merupakan panglima perang Portugis yang memiliki otak pintar. Namun saat perang melawan Raja Narasinga II di Selat Malaka yang dikenal dengan perang Teluk Ketapang sekitar Abad ke 15, Jenderal Verdicho dan anak buahnya kalah dan menjadi tawanan perang.

"Pada perang itu dimenangkan oleh Raja Narasinga II, sementara Jenderal Verdicho menjadi tawanan perang raja Narasinga, hingga akhirnya dimanfaatkan menjadi menteri di Kerajaan Indragiri karena kepintarannya," kata Saharan.

Hingga pada akhirnya, Raja Narasinga II meninggal lebih dulu daripada Jenderal Verdicho. Kemudian jenazah Jenderal Verdicho dimakamkan bersebelahan dengan Raja Narasinga II, sejajar dengan para menteri lainnya.

"Dilihat dari jenis batu nisannya, Raja Narasinga II lebih dahulu wafat, kemudian disusul Jenderal Verdicho Marlos. Sehingga diberikan sebuah penghormatan kepada Jenderal Verdicho dimakamkanlah di sebelah makam Raja Narasinga, sejajar dengan para menteri lainnya," katanya.

"Artinya, Narasinga II memegang teguh kebijakan kerukunan antar umat beragama, karena tidak pernah memaksakan Jenderal Verdicho untuk pindah agama," lanjut Saharan.

Raja Narasinga II bergelar Paduka Maulana Sri Sultan Alaudin Iskandar Syah Johar Jirullah fil Alam, Sultan yang ke IV, Sultan Pertama di Indragiri.

"Tiga sultan sebelumnya posisinya tidak di Indragiri namun tinggal dan menetap di Malaka, sedangkan Raja Narasinga II inilah Sultan Indragiri pertama yang menetap di Indragiri makanya disebut Sultan Indragiri yang pertama," jelas Saharan.

Menurut Saharan, Raja Narasinga II juga menyebarkan syiar agama Islam di wilayah kekuasaannya, saat itu belum terbentuk negara Indonesia dan Malaysia.

"Kalau dilihat peta sekarang, wilayah kekuasaan Raja Narasinga II itu meliputi Malaka Raya termasuk Malaysia dan Riau, yang dibuktikan dengan munculnya Kerajaan Sijori (Singapore Johor Riau) di Daek Lingga Kepulauan Riau," tutup Saharan. Barat.