Ritus Batak Toba (5) : Memasuki Dunia Batin, Ditahbiskan Sebagai Batak

Rabu, 05 September 2018

Alasan mereka pulang ke kampung ialah menguatkan ke-batak-an mereka. Di sana mereka dapat bicara dan bertindak sebagai seorang Toba. Mereka bisa melupakan sebentar Bahasa Indonesianya yang janggal dan bicara keras-keras. Dunia di luar Toba adalah dunia sekular. Dunia waktu. Dunia persaingan dan dunia orang asing.

Tetapi Toba adalah dunia nenek moyang (spiritual), dunia primordial, dunia tanpa waktu, dunia pesta, dunia harmonis dan dunia halak hita (orang kita). Dengan pesta Mangalahat horbo ini mereka memenuhi makanan jiwa mereka.

Mereka menguatkan identitas mereka dalam hubungan dengan masa lalu, kini dan yang akan datang. Untuk orang kampung, ini menjadi kebanggaan tersendiri dari keluarga. Keluarga mereka menjadi lebih terhormat.

Tonggo-tonggo mengambil peranan penting dalam seluruh ritus orang Batak-Toba. Pertama sebagaimana semua doa dimaksud untuk suatu peralihan dari dunia profan kepada dunia kudus. Begitu juga dengan tonggo-tonggo. Hal itu nampak jelas dalam pembukaan setiap tonggo-tonggo dengan memanggil roh tertentu.

Kedua dalam bagian isi tonggo-tonggo itu diterangkan apa esensi dari yang didoakan itu. Misalnya dalam doa untuk padi dikatakan, Engkau adalah putri yang kubesarkan dan ibu yang membesarkan saya (dainang na hupagodan, dainang na pagodang ahu on).

Esensi padi adalah memberi kehidupan. Maka waktu padi itu kecil, dia perlu dirawat supaya pada waktunya memberi buah dan menjadi makanan untuk manusia. Padi disamakan dengan wanita, sebab wanita dan padi adalah sumber kehidupan. Dan dalam bagian penutup tonggo-tonggo diberi pengakuan dan peneguhan dalam bentuk pantun yang indah.

Fungsi dan kekuatan dari tonggo-tonggo ini ialah esensi baru kepada benda/materi yang didoakan. Padi yang didoakan tadi berubah nama dan fungsi menjadi benih, yang nanti akan ditaburkan di sawah. Dan sebagai berkat nyata dari roh padi itu ialah hasil panen yang berlimpah nanti.

Kembali kepada situasi yang hidup sekarang di daerah Batak-Toba. Bagaimana hubungan antara ritus Batak-Toba, yang sering juga diberi nama adat (the custom of law), dengan agama besar, yaitu Islam, Protestan dan Gereja Katolik?

Sejak abad ke-14 terjadi pengislaman daerah pesisir pantai Sumatra lewat pedagang laut dari India, Persia dan Arab. Daerah Batak pada waktu itu masih tertutup. Yang cepat menjadi Islam pada waktu itu ialah daerah Aceh dan Minangkabau. Pada abad ke-19 mulailah ekspansi Islam ke daerah Batak-Toba. (Dian Yuniarni/bersambung)