Menghubungi Roh dan Hantu

Rabu, 15 Agustus 2018

Suku Kubu yang juga disebut orang Lubu atau orang Ulu tersebar di perbatasan Proinsi Jambi dan Sumatera Selatan. Namun, mereka sendiri lebih suka sebutan Anak Rimbo, karena menganggap diri sebagai keturunan dari para pengembara Negrito. Mereka tinggal di hutan-hutan kawasan Jambi, yaitu Kerinci Seblat, Bukit Dua Belas, Bukit Tiga Puluh dan Berbak, yang semuanya itu merupakan rangkaian Bukit Barisan.

Mereka hidup berpindah-pindah (nomaden). Suku Kubu memeluk kepercayaan asli. Pemimpin spritual sebagai penguasa tertinggi dalam adat, mereka sebut Berambai. Mereka juga memiliki dukun untuk membantu dalam berhubungan dengan alam roh.

Anak Rimbo percaya dewa-dewa yang kedudukannya sama dengan orang halus dan hantu. Itu suatu kehidupan supranatural yang berhubungan dengan gejala alam, seperti banjir dan kematian. Dan sesuatu yang harus sangat diperhatikan kalau Suku Anak Dalam ini begitu mencintai hutan.

  1. memberikan mereka kehidupan dan kelangsungan hidup. Jadi tak salah bila mereka begitu mempertahankan hutan dari gangguan siapa saja. Sebab hutan bagi mereka adalah nafas kehidupan.

Saya berkesempatan untuk bertemu dengan Suku Anak Dalam (SAD) saat mengikuti observasi awal pembuatan film tentang kehidupan anak-anak di seluruh etnis yang ada di indonesia. Film itu diberi nama Pustaka Anak Bangsa yang disponsori oleh Indofood.

Penghujung tahun 2000, saat itu Suku Anak Dalam yang akan didatangi mengalami konflik sosial dengan pemerintah setempat tentang pembabatan hutan semena-mena yang dilakukan oleh oknum tak bertanggung jawab. Akhirnya karena pembabatan hutan itu, wilayah tempat tinggal SAD ini menjadi terganggu.

Akhirnya Kepala Suku yang mengepalai seluruh Suku Anak Dalam di wilayah sebelah Selatan Bukit Dua Belas, Tumenggung Tarip membuat kebijakan sendiri. Membabat pohon sampai ke pelosok hutan Bukit Dua Belas, sebagai pertanda, bahwa hutan yang dibabat itu adalah daerah kekuasaan Tumenggung Tarip (sekarang namanya berganti Haji Jaelani setelah memeluk agama Islam dan berhaji, red).

Kini mata tertuju kembali dengan suku yang tengah meningkat pertumbuhan ekonomi mereka lewat industri sawit. (Dian Yuniarni/bersambung)