Kini lagi musim seks menyimpang. Ini yang membuat geger dimana-mana. Adakah itu karena faktor kebosanan? Ini cara mendapatkan kepuasan bersenggama yang tidak dilarang agama.
Sebenarnya banyak cara yang dapat dilakukan. Diantaranya adalah mengatur posisi badan dalam pola hubungan seksual. Pakar seksual telah membuat puluhan sketsa dan variasi. Tujuannya agar tidak monoton yang menimbulkan kebosanan. Pola ini sudah teruji menghasilkan kenikmatan senggama yang luar biasa.
Apakah berbagai pola atau posisi bersenggama itu bertentangan dengan ajaran agama, atau paling tidak nyerempet rambu-rambu syariat? Yang jelas pola hubungan sebadan suami istri tidak ada tuntunan atau larangan. Yang tidak diperbolehkan adalah seperti cara binatang, melalui anus atau dubur, dan diluar alat vital wanita atau oral seks.
Berbagai pola hubungan badan, selagi melalui jalur yang benar tidaklah melanggar syariat. Jika merasa tidak enak, itu hanya karena ada rasa kurang pantas atau tidak sesuai tata krama bersebadan!
Perasaan itu hanyalah etika pribadi. Jika melakukan pola monoton, yang lazim berhadap-hadapan, pria berada di atas tubuh wanita sudah merasa cukup, memang tidak apa-apa. Tetapi jika membuat variasi demi memperoleh kenikmatan, tidaklah tabu atau melanggar ajaran agama.
Variasi senggama yang diluar batas kewajaran itu juga bukan berdosa. Sebab dalam surat Al Baqarah 223 disebutkan “ Istri-istrimu adalah laksana tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok tanam itu sebagaimana kamu kehendaki.”
Hanya saja, kalau mempraktekkan posisi badan waktu melakukan senggama, hendaknya memperhatikan kebutuhan, selera dan kondisi lawan mainnya masing-masing. Sebab, variasi posisi badan itu mengandung beberapa faedah.
Pertaa agar aktivitas seksual lebih menarik, 2. Untuk menghindari kebiasaan yang membosankan, 3. Dapat menghambat ejakulasi dini bagi kaum laki-laki, 4. Dapat menghindari kehamilan pada posisi tertentu, jika belum siap merawat momongan, 5. Dapat mempercepat kehamilan jika dilakukan dengan posisi tertentu.
Dengan demikian, berarti melakukan variasi posisi badan dalam bersenggama itu bukan sekadar permaianan mencari pemuas nafsu birahi semata, tetapi mengandung tujuan lain yang bermanfaat.
Kekurang-tahuan mengenai sikap badan dalam bersenggama, bisa menyebabkan kesukaran-kesukaran dalam perkawinan. Tetapi, hendaknya tidak semua variasi itu harus diketahui dan dilakukan. Minimal sikap yang umum saja. Sebab, berdasarkan petunjuk buku kamasutra, ada 66 posisi, sedangkan menurut pakar seks Perancis malah ada 100 jenis pola seksual.
Posisi umum
Ada beberapa pola senggama yang umum dilakukan. Intinya hanya tiga macam, diantaranya posisi berhadap-hadapan, pria di atas - wanita di bawah, atau sebaliknya, wanita di atas dan pria di bawah. Kedua, posisi miring berhadap-hadapan, atau posisi bintang laut (wanita telentang dan prianya mengambil posisi miring). Sedang ketiga, posisi dari belakang, pria menghadap punggung wanita.
Pola berhadap-hadapan, pria mengambil posisi di atas wanita. berarti sang pria yang memimpin, sedangkan wanita mengikuti irama gerakan suaminya. Mengenai posisi ini kiranya tidak perlu secara mendalam dipaparkan, yang jelas ada tuntunan dari Nabi Muhammad SAW mengenai posisi ini.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, “Dari Abu Hurairah, ujarnya : Rasulullah SAW bersabda : “Apabila ia duduk di atas 4 cabangnya, kemudian ia bersungguh-sungguh (menggerakkannya) dengan perempuan itu, maka wajiblah mandi.”
Yang dimaksud dua cabang dalam hadis itu adalah dua tangan perempuan dan dua kakinya. Kalimat itu merupakan kiasan dalam bersebadan. Sebab, waktu bersebadan, kedua kaki laki-laki bertumpu pada kedua kaki perempuan. Dan kedua tangannya memegang kedua tangan perempuannya. Ini menggambarkan bahwa bersebadan dilakukan secara berhadap-hadapan.
Pola berhadapan itu bukan berarti harus tidur terlentang, tetapi bisa dalam posisi duduk berhadap-hadapan. Bisa juga dalam posisi tidur terlentang, dengan pola laki-laki berada di bawah sedangkan wanitanya berada di atas. Posisi ini berarti sang wanita yang aktif, sedangkan prianya mengikuti irama gerakan wanita.
Posisi pria di atas, keuntungannya bisa mempercepat pembuahan/kehamilan. Sedangkan kelemahannya, pihak suami mudah cepat terangsang sehingga cepat ejakulasi.
Sedangkan posisi terbalik, wanita di atas, wanita bisa mengatur penetrasi dengan gerakannya. Keuntungannya amat baik bagi suami yang ejakulasi prematur atau mudah berejakulasi (cepat mengeluarkan spermanya).
Dengan pola ini ejakulasi sang suami bisa sedikit agak lama tertahan. Sedangkan bagi yang tidak menghendaki kehamilan, variasi ini sangat cocok. Sebab sperma pria yang tersemprotkan saat ejakulasi akan keluar dari vagina wanitanya. Sedang segi negatifnya, posisi ini bisa menyebabkan impotensi. yon/jss