Trump Kenai Barang China 25%, Pasar Minyak Sawit Ikut Oleng

Jumat, 03 Agustus 2018

KUALA LUMPUR-Tren positif harga minyak sawit masih rentan untuk bertahan. Langkah Trump yang akan mengenakan pajak 25% terhadap produk China ikut berpengaruh terhadap minyak kedelai dan minyak sawit. Kedua jenis minyak nabati ini harganya oleng.

Pada penutupan perdagangan Kamis (2 Agustus 2018) malam, harga minyak sawit kembali jatuh. Ini menghentikan kenaikan tiga hari sebelumnya. Minyak sawit ikut membuntuti jatuhnya minyak kedelai (soyoil) yang juga tertekan akibat kekhawatiran perang dagang yang bergerak semakin liar.

Untuk minyak sawit kontrak pengiriman bulan Oktober, di Bursa Malaysia Derivatives Exchange turun 1 persen pada 2.191 ringgit ($ 537,80) per ton. Sedang volume perdagangan mencapai 49.614 lot per 25 ton.

Menurut para analis, ini akibat pasar khawatir soyoil Amerika Serikat akan jatuh lebih dalam lagi. Dan kejatuhan itu juga menyebabkan minyak sawit ikut terpengaruh.

Pasar yang terus bergoncang itu disulut rencana Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang berencana menaikkan tarif 25 persen terhadap barang-barang impor dari China. “Dan itu artinya akan ada penyusutan $ 200 miliar dalam transaksi ini. Tarif yang dikenakan itu bukan 10 persen, tapi 25%," kata mereka.

Menurut para analis itu, sebenarnya pasar sudah turun ketika melihat perdagangan soyoil di US Chicago Board of Trade. “Dan itu benar, akhirnya terdampak juga,” ujar mereka.

Seperti diketahui, pada awalnya Pemerintahan Presiden Donald Trump mengumumkan akan memaksakan tarif 10 persen pada impor Cina senilai $ 200 miliar.

Namun ternyata yang akan direalisasi bukan kenaikan 10%, tetapi naik tinggi hingga menjadi 25 persen. Kondisi ini akan meningkatkan perang dagang yang semakin memanas pada perdagangan dua ekonomi terbesar dunia.

Sedang untuk kontrak minyak kedelai Chicago pengiriman Desember telah turun 1,2 persen sejak hari Rabu, dan mengalami penurunan lagi sebesar 0,7 persen. reuters/jss