Meski semua umat beragama boleh melakukan sembahyang di Kuil Sikh, namun bagi mereka yang ingin masuk sebagai umat Sikh terkena 'aturan main' Sikh. "Itu jelas, umat harus mentaati agama yang dianutnya," tegas Mohindar.
Orang yang hendak masuk dalam Sikh, harus dibaptis dulu dengan amrit (air pembaptis). Ada lima syarat atau ketentuan yang harus dipatuhi orang yang dibaptis. Syarat itu dikenal dengan istilah 5 K.
Lima K itu terdiri dari Kesh (rambut dan jenggot tidak boleh cukur), Kangha (sisir), Kara (gelang dari baja), Kachehra (celana pendek), dan Kirpan (pedang). Kelima hal itu adalah simbol, di mana para pengikut Sikh harus mengutamakan kesucian. Kesh, misalnya, semua umat Sikh rambut dan jenggotnya panjang. Namun, rambut dibungkus dengan serban (kalau di Indonesia mirip seperti penutup kepala Pangeran Diponegoro).
Kangha (sisir) harus selalu diselipkan di rambut. Itu simbol bahwa tubuh harus terus dirawat. Rambut tidak boleh acak-acakan. Kachehra merupakan isyarat bahwa manusia tidak boleh mengumbar aurat, harus menjaga hawa nafsu. Kirpan (pedang) adalah simbol bahwa kaum Sikh siap menghadapi angkara murka, dan siap berjuang melawan kekerasan dan perbuatan keji.
Orang yang masuk Sikh, setiap hari diwajibkan membaca Kitab Suci Sri Guru Grant Shahib, setiap subuh (pukul 05.00-06.00), dan setiap sore pukul 18.00-19.00. Begitu seterusnya (setiap hari) sampai tamat --atau dalam istilah Islam disebut khatam Al-Qur'an. Kitab Suci itu terdiri dari 1430 halaman. Pembacaan itu dilakukan usai sembahyang. Jadi, bagi penganut Sikh, sembahyang dilakukan dua kali dalam sehari.
Ciri yang tampak dalam keseharian dari penganut Sikh adalah cara berpakaiannya. Mereka pasti memakai serban di kepala dan berjenggot panjang. Itu bukan cuma dipakai ketika sembahyang, tapi juga dalam interaksi sosial di mana saja. Larangan populer ajaran Sikh adalah makan daging apapun dan merokok. "Apalagi minum minuman beralkohol, saya rasa itu larangan semua agama," ujar Mohindar Singh.
Umat yang sudah dibaptis, bila laki-laki diberi tambahan nama Singh, dan jika perempuan diberi embel-embel Kaur. Kata Singh berarti Singa yang perkasa. Maksudnya, orang yang sudah dibaptis dan diberi nama belakang Singh adalah sekumpulan orang pasif menjadi tentara yang bersenjata. Jadi, orang Sikh sejati, adalah orang yang teguh dalam kepercayaan, keberanian dan berhati singa, namun tetap sederhana, takut pada Tuhan dan suci.
Hari Raya Vasakhi
Menurut Mohindar, banyak perayaan digelar dalam agama Sikh, baik insidental maupun rutin. Yang insidental, bila ada jamaah menginginkan untuk memberi sedekah, maka, spontanitas, panitia kuil menyiapkan acaranya. Makan bersama di dapur umum disiapkan secara matang. "Itu dasar dari hidup kebersamaan, sederajat di hadapan Tuhan," katanya.
Untuk yang perayaan rutin, biasanya digelar besar-besaran. Sebut saja, misalnya, hari kelahiran Guru, hari kematian Guru, dan hari Vasakhi. Yang disebut terakhir biasanya dirayakan secara besar, karena merupakan bulan pertama tahun baru. Umumnya hari Vasakhi jatuh setiap tanggal 13 April (1 Vaisak). Jatuhnya hari Vasakhi ini merupakan awal dari era baru bagi umat Sikh dengan lahirnya Khalsa Panthe 1699.
Pada tahun 1699 itu, telah terjadi peristiwa besar dan bersejarah, di mana Guru Bobind Singh telah membaptis lima orang yang telah berhasil menempuh ujian berat. Lima orang itu lalu disebut Guru Gobind sebagai orang-orang yang teguh kepercayaannya, kuat imannya dan siap berkorban demi kebenaran. Orang itu lalu diberi gelar Khalsa Panthe (lima orang suci tercinta). Jadi, hari Vasakhi adalah hari kelahiran lima orang suci tersebut.
Peresmian Kuil Sikh di Jalan Melur Koja Jakarta, 14 April lalu itu, menurut Mohindar Singh, adalah bentuk perayaan hari Vasakhi ke 300 kalinya, di Indonesia. Momen Vasakhi itu juga dirayakan oleh umat Sikh di seluruh penjuru dunia dengan meriah dan gegap gempita. Perayaan itu diwarnai dengan berbagai macam kegiatan, baik yang bersifat ritual maupun sosial budaya.
Di India, sebagai pusat dan lahirnya ajaran Sikh, perayaan Vasakhi 14 April 1999 difokuskan di Kashgard (Anandpurd Sahib) di Punjab. Yang terlibat dalam acara ritual itu adalah kaum Sikh yang datang dan berkumpul di tempat bersejarah itu. Panitia, waktu itu, telah menyiapkan berbagai fasilitas bagi pengunjung yang datang dari seluruh belahan dunia.
"Acara di India itu, memang merupakan peristiwa agung, yang mungkin hanya dapat disaksikan sekali dalam hidup ini, dan karena juga merupakan akhir dari millenium kedua dan awal dari millenium ketiga," ucap Mohindar. (bersambung)