Pita Venus Itu 'Gembok' Kemaluan Ratu Prancis

Senin, 09 Juli 2018

Pernah suatu masa, kemaluan wanita digembok. Saking rapatnya gembok itu, sampai mau kencing saja harus minta pada suaminya yang pegang kunci untuk membukanya. Itu karena selain perempuan dianggap sebagai harta suami, juga agar dia tidak selingkuh.

Celana dalam besi ini semula untuk melindungi wanita dari perkosaan. Namun ketika sudah bersuami, maka alat ini dipakai untuk memproteksi sang istri agar tidak selingkuh. Tapi, lama-lama alat ini justru diakali para istri untuk bisa menyeleweng. Itulah Pita Venus.

Alat ini terbuat dari logam. Ketat menempel di alat kelamin perempuan. Alat itu tanpa menyisakan celah. Hingga jangan lagi benda lain bisa masuk. Untuk kencing saja pemakainya kesulitan.

Maka kalau lagi kebelet pipis, perempuan itu harus merengek-rengek ke suaminya. Dia minta agar suaminya membuka gembok celana dalam yang disebut badong itu. Sebab saking ketatnya celana dalam ini, jari tangan pun tidak bisa masuk.

Alat yang ‘menyiksa’ perempuan itu lama diberlakukan. Hingga tampillah Ole Worm (1588-1654), dokter, sejarawan dan penemu yang menyoal celana dalam ini. Itu pun dia tahu secara kebetulan.

Waktu itu dia berada di Pulau Falster. Suatu ketika, pasangan dokter ini mengundang tamu-tamu yang berasal dari masyarakat biasa.

Ketika ada wanita yang mabuk, dia menanggalkan pakaiannya, telanjang. Tamu yang lain terkejut melihat wanita itu memakai celana dalam yang tidak umum. Akhirnya yang hadir pun mengadukan kasus ini ke pengadilan. Dan suami si wanita itu dikucilkan.

Kasus ini ternyata tidak hanya terjadi di kalangan masyarakat biasa. Para wanita dari kalangan atas juga tidak bebas dari celana dalam kejam ini. Charlotte Aglae, putri Herzog von Orleans, yang terkenal sebagai wanita tercantik di zamannya.

Dia datang ke Italia untuk menikah dengan Herzog von Modena. Dan dia harus tunduk pada peraturan setempat. Dia juga wajib mengenakan pelindung vagina yang seram itu.

Contoh paling jelas betapa kejamnya pria-pria di zaman Renaisans dan Barock yang memaksa istri-istri mereka memakai pelindung mengerikan itu adalah celana dalam milik Katharina von Medici (1519 - 1589). Badong pengaman milik wanita yang dikenal sebagai Ratu Prancis ini, terbuat dari ujung gading gajah, dikaitkan pada lingkar gelang besi dengan sebuah gesper.

Untuk memperketat dan memperlonggar digunakan semacam penahan bergigi. Lingkar besi itu dibungkus dengan bahan sutera, agar tidak menimbulkan lecet. Lengkung ujung gading itu mengikuti kontur anatomis dan posisinya menutupi bagian kemaluan. Bagian ujung depan yang bercelah dan bergerigi dari alat ‘penyiksa’ itu kini masih bisa disaksikan di Museum de Cluny di Paris.

Makna dan tujuan peralatan ini simpel, yakni hanya suami yang boleh menyentuh istrinya, karena istri dianggap sebagai ‘benda’ milik pribadi suami. Itulah sebabnya wanita yang dinikahi sah saja ‘disimpan’ dalam pelindung yang terbuat dari besi.

Fantasi para suami ala Renaisans tidak hanya sebatas masalah hak milik, melainkan juga untuk menjaga penampilan. Wanita dianggap sebagai makhluk sembrono dan tidak baik, sehingga pria harus berjaga diri. Sebab bagi lelaki kala itu, istri adalah harta yang harus dilindungi. jss