Wayang Purwa : Pujawati Korbankan Ayah Demi Cinta

Senin, 09 Juli 2018

Dewi Pujawati yang kemudian bernama Setyawati, putri Begawan Bagaspati di Pertapaan Argabelah, bermimpi menjadi kekasih Raden Narasoma (Salya). Pujawati merengek pada ayahnya, minta dikawinkan dengan ksatria asal Kerajaan Mandaraka itu.

Setelah kawin dengan Narasoma, Pujawati harus rela kehilangan ayahnya. Sebab Narasoma malu punya mertua raksasa. Tragis. Bagaspati rela mati di ujung keris menantunya itu. Ini kisahnya berdasarkan versi wayang purwa.

Suatu ketika di Pertapaan Argabelah. Tidak seperti biasanya, Pujawati yang biasanya ceria, tampak murung. Tak muncul tawa dan candanya. Pembawaannya yang riang berubah menjadi pendiam. Sampai-sampai nafsu makannya pun berkurang dan mengakibatkan tubuhnya menjadi kurus.

Melihat putrinya berubah muram, Begawan Bagaspati sangat khawatir. Ia tak ingin anak tunggalnya itu jatuh sakit. Akhirnya, dengan sangat hati-hati, Sang Resi mencoba mengorek keterangan dari putrinya itu.

“Wahai putriku Pujawati. Kau adalah anakku satu-satunya. Segala kasih sayangku kucurahkan kepadamu. Kalau kau bersedih, aku jadi teringat dengan ibumu dulu yang telah kembali ke Karang Kawidodaren di Kahyangan Kaindran. Ada masalah apa? Mengapa kau tampak sedih dan suka melamun? Apakah perhatianku masih kurang padamu,”ujar Begawan Bagaspati.

“Oh, ayahanda Begawan. Kasih sayang paduka tak pernah berhenti kepada hamba. Kali ini, hamba mohon maaf telah membuat ayahanda ikut bingung memikirkan hamba. Perhatian ayahanda sangat baik padaku. Sebenarnya, hamba murung karena bermimpi,” ujar Pujawati.

“Mimpi apa putriku, mengapa kau begitu serius memikirkannya. Berterus-teranglah padaku. Apakah kau mimpi mendapatkan bintang, rembulan atau matahari,”tanya Sang Begawan.

“Hamba bermimpi bertemu dengan ksatria tampan bernama Raden Narasoma. Hamba ingin menjadi istrinya. Hamba mohon, ayahanda mau mencarikan ksatria bagus itu," rengeknya.

Setelah mengetahui permasalahannya, Begawan Bagaspati pun berpamitan hendak mencari Raden Narasoma. Tampaknya, sudah menjadi takdir, belum lama Begawan Bagaspati melewati hutan belantara, ia bertemu ksatria tampan yang mengaku bernama Narasoma. Sang Resi pun mengutarakan maksudnya.

“Ayolah Raden Narasoma, paduka saya bawa ke Pertapaan Argabelah untuk kukawinkan dengan putriku Dewi Pujawati,”ujar Begawan Bagaspati.

Mengetahui yang menawarinya mengambil menantu itu raksasa, Narasoma menolak. Ia berpikir, tentu putri Begawan Bagaspati juga seorang raseksi (raksasa wanita). Meski mendapat penjelasan dari Begawan Bagaspati bahwa putrinya cantik dan anak bidadari, Narasoma tetap tak percaya.

Karena kesal, akhirnya Begawan Bagaspati bertindak cepat. Dengan kesaktian yang dimilikinya, Narasoma dapat ditaklukkan. Ksatria asal Kerajaan Mandaraka itu terkena ajian sirep hingga tertidur pulas dan dibawa pulang ke Pertapaan Argabelah.

Betapa terkejutnya Raden Narasoma setelah mengetahui keberadaan Dewi Pujawati. Memang, gadis putri Begawan Bagaspati itu cantik jelita laksana bidadari yang turun dari kahyangan. Narasoma pun terpesona dan jatuh cinta padanya. Namun, ia tak mengetahui jika Pujawati memang anak bidadari. Dan, ayahnya, Begawan Bagaspati semula adalah manusia biasa yang tampan. Namun, ia mendapat kutukan dari para dewa karena berani terhadap Bathara Guru.

“Sang Begawan Bagaspati, setelah mengetahui wujud putrimu Pujawati yang sangat cantik, saya menjadi berubah pikiran. Mohon maaf jika perilakuku telah membuatmu kecewa. Sekarang, aku bersedia menjadi menantumu untuk dikawinkan dengan Pujawati,” ujar Narasoma.

Selanjutnya, Raden Narasoma segera dikawinkan dengan Dewi Pujawati. Betapa bahagianya Pujawati telah mendapatkan pria yang sangat dicintainya. Meski sebelumnya hanya mimpi, namun segalanya kini telah menjadi kenyataan. Raden Narasoma yang tampan rupawan telah bisa disandingnya dan menjadi miliknya.

Sebagai pengantin baru, Narasoma dan Pujawati pun berbulan madu. Mereka sangat berbahagia menikmati indahnya kehidupan dunia. Kebahagiaan mereka dirasakan juga oleh Begawan Bagaspati. Sang Resi pun begitu lega dan gembira melihat putrinya bahagia mendapatkan pria yang menjadi pujaannya.

Dalam perkembangannya, ternyata Narasoma merasa malu mempunyai mertua raksasa. Ia pun mencari akal untuk menyingkirkan Begawan Bagaspati. Narasoma menyatakan pada mertuanya, bahwa ia bermimpi memetik bunga yang sangat indah, namun dijaga oleh harimau yang sangat buas. “Apa makna mimpi saya itu Sang Begawan,” kata Narasoma berpura-pura.

Begawan Bagaspati sudah tanggap. Itu berarti Narasoma menginginkan kematiannya. Sang Begawan pun pasrah, menyerahkan dirinya untuk dihabisi nyawanya oleh sang menantu.

Namun, sebelumnya Begawan Bagaspati mewariskan ilmunya, Candhabhirawa kepada Narasoma. Ilmu itu kalau digunakan akan mengeluarkan raksasa bajang. Jika dibunuh oleh musuh, raksasa itu menjadi dua. Dua menjadi empat. Empat menjadi delapan, dan seterusnya. Maka, tewaslah Begawan Bagaspati di ujung keris Narasoma. Kematiannya ditangisi oleh Pujawati, putrinya. mok/js