Kenaikan Bea Masuk CPO India Tekan Impor Malaysia

Rabu, 27 Juni 2018

Pengenaan bea impor India yang tinggi membuat minyak sawit (Crude Palm Oil/CPO) Malaysia tertekan. Ditambah stok yang menumpuk di Pelabuhan Mumbay, maka Negeri Jiran itu masuk dalam situasi yang dilematis.

Menurut CIMB Equities Research, sebenarnya kenaikan bea impor yang dilakukan India tidak melulu negatif bagi minyak sawit Malaysia. Sebab aturan itu diberlakukan terhadap semua minyak nabati. Bahkan harga itu mengembalikan sebagian daya saing harga CPO di India.

Namun Malaysia tidak berharap New Delhi mengambil secara signifikan CPO dari Malaysia. Stok minyak nabati memenuhi pelabuhan di India pada 1 Juni 2018 lalu. Dan jika ini dipaksakan lagi untuk pembelian, maka pasti dengan harga yang sangat murah.

“Dalam pandangan kami, lemahnya permintaan minyak sawit dari India karena bea masuk yang lebih tinggi. Ini faktor kunci yang berkontribusi terhadap penurunan harga spot CPO 6% dari tahun ke tahun.”

"Harga CPO yang lebih lemah, ditambah dengan penurunan produksi CPO 8% tahun-ke-tahun oleh pekebun lokal pada bulan Mei, kemungkinan menyebabkan pekebun Malaysia melaporkan kuartal kedua tak bakalan bisa menyamai laba kuartal pertama 2018," tambah unit penelitian.

Melihat kondisi negatif pendapatan mereka dalam jangka pendek ini, CIMB Equities Research mempertahankan peringkat ‘netral’ di sektor perkebunan. Prediksi pendapatan mereka maksimal sama dengan hasil semester peertama taahun 2018.

Kenanga Investment Research juga mengasumsikan sama. “Perkiraan harga CPO FY2018 kami tidak berubah pada RM2.400 per ton dan kami memperbarui basis perdagangan kami menjadi premium pada minyak mentah. Sebelumnya basis gasoil yang dianggap tidak relevan karena harga CPO diperdagangkan pada diskon untuk gasoil dari AS. $ 30 per ton. “Ini merupakan harga lantai perdagangan sebesar RM2.290 per ton.

"Harga CPO kami diturunkan menjadi RM2.450 per ton (dari RM2.500 per ton) berdasarkan pada diskon minyak kedelai yang tidak berubah sebesar US $ 60 per ton."

Kenanga Investment Research juga menyebut, langkah defensif yang dilakukan perusahaan yang terintegrasi, seperti IOI Corp dan PPB Bhd melalui asosiasi terpadu Wilmar International Ltd, serta Sime Darby Plantation dan KLK adalah yang teraman.

Dalam lingkungan pasar yang bergejolak saat ini, unit penelitian mengharapkan perusahaan-perusahaan ini untuk melihat stabilitas harga saham yang baik dan downside jangka panjang yang ringan.

“Itu mengingat, bahwa operasi manufaktur terpadu mereka akan mendapat manfaat dari harga CPO dan kernel sawit yang lebih rendah karena biaya input yang juga lebih rendah," katanya. thestar/jss