Wah, Si Jagur Itu Simbol Persenggamaan

Jumat, 22 Juni 2018

Masyarakat masih percaya, meriam Si Jagur itu keramat. Dari tahun-ke tahun itu terus berkembang. Si Jagur disebut Tuan Kesuburan karena dipercaya bisa membuat orang mandul jadi hamil.

Stigma ini, gara-garanya, di bagian belakang meriam ini mengepal ibu jari yang masuk di antara jari telunjuk dan jari tengah. Atau Mano in Fica, lambang (simbol) senggama.

Karena itu, Si Jagur dikeramatkan dan dianggap bisa mendatangkan kesuburan. Pasangan suami isteri yang telah lama menikah dan susah mendapatkan keturunan, berupaya untuk datang ke meriam ini. Dengan duduk di atasnya. Bergoyang-goyang seperti melakukan senggama. Mereka yakin segera mendapat momongan.

Saban hari Kamis banyak wanita-wanita muda menaburkan bunga di sekitar meriam ini. Pada tahun 1980-an, konon seorang wanita setengah tua asal Surabaya bernama Suleha pergi ke Jakarta. Ia datang bersama dua putrinya, Sulastri dan Sumidah.

Tujuannya datang itu adalah ikhtiar, agar dua anaknya itu menjadi wanita subur. Seorang putrinya yang bernama Sulastri sudah menikah. Sayangnya, selama lima tahun tidak kunjung hamil.

Sementara putri yang satunya lagi yaitu Sumidah masih gadis. Sumidah diajak serta karena takut ketika kawin kelak nasibnya akan seperti sang kakak, sulit mendapatkan keturunan.

Ketika sampai di tempat Si Jagur, tabur bunga dilakukan. Sesaji ditaruh di samping meriam. Sementara dua putrinya disuruh naik ke atas meriam.

Sulastri duduk di belakang dan Sumidah di depan, dekat moncong meriam. Mereka disuruh bergoyang-goyang mirip suami isteri sedang bersenggama. Selesai bergoyang mereka turun dan mengucapkan doa agar cepat hamil.

Dengan perasaan senang, Suleha, Sulastri dan Sumidah pulang. Mereka berharap-harap. Mereka yakin akan mendapatkan keturunan. Hari berganti hari bulan berganti bulan. Namun, kehamilan itu tak kunjung datang. Lima bulan berikutnya Suleha yang berasal dari Surabaya Timur ini membuat geger tetangga sekitarnya.

Ternyata keadaan menjadi terbalik, karena yang hamil justru Sumidah yang belum bersuami. Merasa dipermainkan, Suleha berangkat lagi ke Jakarta bermaksud melakukan protes pada Si Jagur. Usut-punya usut, ternyata ada yang salah ketika bergoyang di atas Si Jagur. Artinya, jika ingin cepat punya keturunan bergoyanglah tepat di atas moncong meriam.

Suleha kembali membawa Sumidah ke Jakarta untuk bergoyang kali kedua di atas Si Jagur. Dan akhirnya Sumidah berhasil mempunyai keturunan.

Benarkah kejadian seperti itu? Rasanya tidak. Kalaulah memang keduanya hamil, pasti ada yang menghamili. Disetubuhi orang, bukan meriam. js