Kebijakan Pemerintah Pakistan menaikkan bea impor minyak kedelai disambut positif negara-negara produsen minyak sawit. Sebab peningkatan itu tidak berdampak pada impor minyak sawit. Apalagi kedua minyak itu punya segmentasi pasar yang benar-benar berbeda.
Minyak sawit yang diimpor Pakistan digunakan untuk memproduksi vanaspati . Dan ini merupakan bahan baku utama untuk industri makanan. Sedang minyak kedelai yang diimpor Pakistan adalah untuk melayani pasar minyak lunak yang secara langsung bersaing dengan minyak yang diproduksi lokal.
Data yang ada menunjukkan, impor minyak kedelai pada tahun 2017 berjumlah 221.150 MT yang merupakan 6,9% dari total impor minyak dan lemak.
Ini tabel impor minyak dan lemak di tahun 2017 :
Komoditi |
Jan - Des 2016 |
Jan - Dec 2017 |
Mengubah Volume |
Perubahan |
Minyak sawit mentah |
115.348 |
121.815 |
6,466 |
5,61 |
Minyak kelapa sawit |
996.618 |
1,073,142 |
76,524 |
7.68 |
Palm Olein |
1,301,212 |
1,634,537 |
333.325 |
25.62 |
Lemak Kelapa |
86.167 |
98,715 |
12,548 |
14,56 |
Minyak kedelai |
152.098 |
221.150 |
69.051 |
45,40 |
Lemak |
- |
12.505 |
12.505 |
100,00 |
Total |
2,651,443 |
3,161,863 |
510.420 |
19,25 |
Dengan kenaikan bea impor itu, maka harga komoditas saat ini terjadi peningkatan. PKR 3.000 PMT dengan bea impor minyak kedelai dan peningkatan 1% bea masuk tambahan akan menaikkan biaya tambahan yang memberi ruang Pakistan meningkatkan impor minyak utama untuk produk makanan.
Ini biaya tambahan untuk berbagai komoditas itu :
Minyak kedelai CD USD 41,18 per MT
RBD sawit Rp 8,12 per MT
RBD sawit olein USD 8,25 per MT. jss