Analis CPO Singapura : India Tidak Bakal Pertahankan Pajak Impor Tinggi

Kamis, 23 November 2017

Sudah tiga pekan harga Tandan Buah Segar (TBS) sawit mengalami penurunan. Itu karena harga minyak sawit mentah, crude palm oil (CPO), memang sedang turun. Malah penurunannya terbesar sejak sembilan bulan lalu. Penurunan itu, menurut analis CPO di Singapura, karena kebijakan pengenaan pajak impor India yang naik hingga 100%. Dari semula 7,5% menjadi 15%. Tetapi ini tidak akan berjalan lama. Sebab kebutuhan India terhadap impor minyak nabati sangat tinggi. Ketergantungan itu yang menyebabkan India diprediksi tidak bakal mampu mempertahankan pengenaan bea masuk impor yang menyebabkan penurunan pengiriman CPO ke Negeri Mahatma Gandhi itu. Berdasar Bloomberg, Senin (20/11), harga CPO untuk kontrak pengiriman bulan Februari 2018 di Malaysia Derivative Exchange ditutup melemah 3,1% ke level RM 2.630 per metrik ton. Ini merupakan penurunan terbesar sejak 16 Februari. Dan harga CPO juga berada di level terendah sejak bulan 9 Agustus. "Penguatan mata uang ringgit, kenaikan pajak impor India dan pelemahan ekspor Malaysia selama November menekan harga di kontrak futures," ujar Sathia Varqa, pemilik sekaligus co-founder Palm Oil Analytics di Singapura. Kata Varqa, dampak dari kenaikan pajak impor yang diberlakukan India  hanya berlaku jangka pendek. Setelah itu, secara struktural India akan tetap bergantung pada impor. Itu karena tingginya kebutuhan CPO negara ini. Sedang data kargo Intertek testing services menunjukkan, bahwa ekspor CPO Malaysia periode 1-20 November turun 6,2% menjadi 891.926 ton. Itu dibanding periode sama di bulan sebelumnya. Dan data Societe Generale de Surveillance (SGS) menunjukkan penurunan ekspor CPO Malaysia sebesar 8,8% ke angka 882.943 sepanjang tanggal 1-20 November. jss