Burung Surga (66-Habis) : Keteguhan Hati Itu Pembawa Rezeki

Jumat, 27 April 2018

Keempat menteri dan rajanya merasa malu dikalahkan seorang wanita utama yang cerdas dan setia tuhu terhadap sang suami. Mereka merasa wanita seperti ini di negeri Balkan mungkin sulit dicari. Tidak seperti para wanita sekarang, jika sang suami pergi mencari rejeki, di belakang si isteri menjual diri. Ni Sudarni keluar dengan membawa rokok wangi. Meminta para tamunya untuk menikmati. Ni Sudarni meminta agar sang prabu tidak salah paham mengapa ia mengaku dirinya sebagai ibu. Itu karena takut tidak adil dan merusak sarak dan takut kepada Hyang Widi. Seperti hadis rasul, yang selingkuh akan ditolak masuk surga. Dan dosa paling besar bagi wanita ialah yang tidak setia pada sang suami. Mendengar penjelasan Ni Sudarni itu, dalam hati sang prabu mengaku, bahwa inilah wanita utama. Dan Ni Sudarni memang wanita sejati yang waskita dan susila, yang cantik ayu lahir-batin. Sang prabu menyatakan, ia benar-benar mengakui Ni Sudarni sebagai ibu selamanya. Ni Sudarni bersyukur kepada Allah dan mengucap alhamdulillah. Sang Prabu lalu memberi hadiah dari bekal yang dibawa dari negeri Balkan berupa emas berlian dan intan. Keempat menteri dan rajanya itu pun berpamitan pada Ni Sudarni pulang ke negeri Balkan. Sesampai di negeri Sang Prabu segera memanggil para pejabat untuk menghadap termasuk memanggil Ki Subarjo. Raja lalu berkata, bahwa ia memberi hadiah Ki Subarjo dengan pakaian kebesaran kerajaan yang membuatnya terkejut dan heran. Apa yang menjadi penyebab tiba-tiba ia memperoleh hadiah raja. Raja menjelaskan, bahwa ia mengangkat Ki Subarjo sebagai ayah angkatnya untuk selamanya. Itu karena isterinya telah mengangkat dirinya sebagai anak angkat. Lebih terkejut lagi mendengar, bahwa Sri Raja bertemu isterinya di Yaman. Sang Prabu menjelaskan dari awal hingga akhir. Ki Subarjo memahami lalu menyampaikan ucapan terima kasih. Raja minta Ki Subarjo menggendongnya sebagai tanda pengangkatan ayah-anak, dan memberi hadiah bekal 100 ringgit. Ki Subarjo lalu pamit dari hadapan raja untuk segera pulang ke negeri Yaman menemui isteri tercinta. Ketika bertemu, keduanya bergembira bahagia dan bersyukur kepada Allah. Kisah Ki Subarjo dan Ni Sudarni itu adalah gambaran tentang orang yang teguh melakukan amal kebajikan, yang pasti Gusti Allah akan memberi kemurahan rezeki. Demikian pula bagaimana gambaran menghormat tamu dengan baik seperti disebutkan di dalam hadits, bahwa menghormat tamu itu sama dengan menghormat nabi dan menghormat para ulama. Selesai mengisahkan ceritanya, Bayan meminta nyonya Zaenab segera berangkat menemui tuan komisaris. Ni Zaenab segera keluar rumah. Tapi sekali lagi, hari sudah pagi. Pabrik di sebelah selatan sudah mulai ramai. Tuan sopir dan kanselir sudah berangkat. Para mandor mulai mengatur para kuli. Akankah Ni Zaenab tetap akan selingkuh? Atau dia batal melakukan itu karena timbulnya kesadaran sebagai istri mulia yang mengharap surga? Penulisnya memilih yang kedua. Petuah keteladanan ini masihlah sangat panjang. Agar tidak bosan, maka kisah ini disudahi sampai disini. Semoga yang tertulis bermanfaat bagi yang membaca. Salam. (jss/djoko suud sukahar/habis)