Seks Caligula (31) : Darah Prajurit untuk Memandikan Permaisuri Hamil

Kamis, 26 April 2018

Malang nian prajurit istana ini. Hanya gara-gara dekat-dekat raja yang sedang emosi, ia terkena getahnya. Bukan jabatan yang dicopot, tetapi nyawanya yang dipisahkan dari raganya. Ia dieksekusi mati. Kematiannya dilakukan secara perlahan-lahan. Caligula memang raja yang pemberang. Protes Drussila yang tak setuju kakak iparnya yang sedang hamil besar disuruh menari bugil menelan jiwa. Seorang prajurit yang dekat dengan peristiwa itu langsung dieksekusi. Prajurit itu digelandang keluar. Di ruang pembantaian, laki-laki itu ditelanjangi. Caligula mencabut pedang dari prajurit yang lain. Dengan sadis ia menorehkan pedang itu ke tubuh prajurit tak berdosa itu. Ia menusukkan pedang itu berulangkali. Dan setelah itu memberi instruksi pada prajurit yang lain agar membunuhnya secara pelan-pelan. Prajurit yang lain, karena takut, melakukan perintah itu. Ia tusuk perutnya, dan ia penggal kepalanya. Prajurit yang malang itu pun menemui ajalnya. Ia tewas bermandi darah. Melihat prajurit yang dibencinya itu cepat mati, Caligula marah-marah. Ia menyebut kematian itu terlalu cepat. Untuk melampiaskan kemarahannya itu, raja ini pun menyuruh agar penis laki-laki malang itu dipotong dan diberikan untuk makanan anjing. Tak ada yang berani untuk tidak melakukan instruksi itu. Saat anjing besar memakan penis prajurit itu, Caligula bersuka cita. Ia merasakan kejengkelannya terobati. Ia pun berteriak kegirangan, dan memanggil Caesonia, permaisurinya. Ketika wanita hamil besar ini datang, Caligula menyuruh wanita itu membasuh liang peranakannya dengan darah segar prajurit itu. Raja ini menyebut, itu sebagai bagian dari pengalihan kekuatan Sang Prajurit ke bayi yang bakal dilahirkan. Caesonia pun patuh. Ia kembali menanggalkan pakaian kebesarannya. Ia telanjang bulat. Nampak payudaranya kencang dan padat berisi. Perutnya membuncit. Pusarnya menonjol keluar. Tanpa ragu wanita itu jongkok mekangkang di atas tubuh prajurit yang mati bermandi darah itu. Ia menempatkan kemaluannya di bekas penis prajurit yang sudah dipotong itu. Darah yang menggenang di daerah itu ia duduki. Ia putar pantatnya, agar darah prajurit itu bisa membasahi sampai ke dalam lobang peranakannya. Tak puas hanya itu, melalui tangannya, Caesonia meraup darah itu, dan memasukkan ke dalam kemaluannya. Nampak wilayah sensitif permaisuri ini basah kuyup. Darah yang sudah menggumpal itu memenuhi paha, kemaluan, sampai perutnya yang sudah menggunung. (jss/bersambung)