Burung Surga (53) : Pandito Rofil Ini Kiai Sesat Dari Tunis

Kamis, 12 April 2018

Ki Patih lalu memerintahkan agar Nyai Syekh nanti malam mengajak kumpul jimak. Namun dengan satu syarat, Syekh dilarang menyediakan air di dalam rumah. Baik di kamar mandi atau dimana saja. Nyai tidak tahu maksud perintah itu. Tetapi dia tidak berhasil bertanya dan tidak berani menolak. Malam telah tiba dan semakin larut. Para pejabat istana sudah tidur lelap. Tapi beberapa prajurit yang diperintahkan Ki Patih justru sedang memasang kewaspadaan di sekitar rumah Sang Guru Syekh. Mereka diperintah menangkap orang di tengah malam yang berkeliaran di dalam istana tetapi identitasnya tidak jelas. Syahdan sesudah kumpul jimak dengan isterinya, Sang Guru Syekh tidak mendapati air di dalam rumah untuk bersuci. Sang guru pun keluar mencari air. Tiba-tiba ia diringkus oleh sejumlah pasukan dan dimasukkan ke dalam penjara. Ganti cerita, Sri raja sedang sibuk mencari guru baru sebagai pengganti Syekh Syihabudin yang tengah dipenjara. Waktu itu tersebutlah seorang ulama, Kiai Nasir, dari Tunis yang syariatnya berbeda dari umumnya ulama. Itu karena berpegang teguh pada lahir dan batinnya syariat. Hasan-Husen ia sebut sebagai nama Allah yang akhir, hingga ia disebut Pandito Rofil. Kiai Nasir berpendapat, bahwa aliran (mazab) rofil-lah yang paling benar mengungguli semua mazab yang lain. Khalifah Muktasim lalu mengundang seluruh ulama Bagdad. Itu dalam rangka membahas mazab rofil itu. Menurut para ulama, aliran rofil itu mementingkan iktikad dan memandang semua sunat jumat itu salah. Karena itu bagi mereka Kiai Nasir salah dan batal menurut hukum agama. Sri Noto segera mengutus memanggil Kiai Nasir ke Bagdad. Ia diminta menjelaskan dasar kitab Kiai Nasir berpendapat begitu. Kiai Nasir lalu mengambil kitab sebesar korek api. Tapi ketika dibaca dalil Quran dan haditsnya salah semua. Kyai Nasir pun diminta bertobat kepada Allah atau dihukum karena mengajarkan ajaran sesat. Ki Nasir menyatakan, bahwa ia masih mempunyai banyak kitab. Tetapi para ulama meminta Sri Noto menangkap Kiai Nasir yang sudah musyrik. Dan menarik semua ajaran. Tingkah lakunya salah merusak tradisi sahabat itu. (jss/bersambung))