Burung Surga (51) : Guru Difitnah Selingkuhi Selir Raja

Kamis, 05 April 2018

Sang Raja semakin rajin menyepi di padepokan. Dengan tulus sang raja melakukan semadi. Kedekatang guru dan muridnya semakin bertambah. Bagaikan orang tua dan anaknya. Hampir setiap hari sang raja menyepi, semadi di dalam padepokan. Berkat itu selain tangguh, sang raja juga kaya ilmu. Sang Raja benar-benar kuat prihatinnya dan tuntas ilmunya. Suatu hari, Sang Raja berkehendak melakukan perjalanan keliling kerajaan diiringi semua pejabat istana (kedaton). Tidak ketinggalan semua pangeran dan putra Raja ikut serta di dalam rombongan. Hanya Ki Patih yang diminta raja untuk menunggu istana. Selain itu, juga tinggal pula seorang selir yang sedang lelamban di taman, dan lupa bahwa sang ayu adalah isteri rajanya. Ki Patih pun mulai merayu sang selir dengan segala bujuk rayu. Dengan halus sang selir ayu matur ngucap pada Ki Patih Perdana Menteri agar ingat, bahwa dirinya adalah isteri raja. Jika nanti raja tahu polah-tingkahnya, lehernya bisa dipenggal. Patih mestinya menjaga kerajaan, dan tidak sepatutnya mengganggu isteri sang raja. Mendengar ucapan sang selir ayu, Ki Patih marah. Dalam hati nafsu birahinya gagal dipenuhi. Namun ia takut jika rayuannya nanti dilaporkan pada sang raja. Muncul niat jahat untuk menghasut dan melakukan fitnah agar dirinya bisa selamat. Tidak sadar bahwa fitnah dan hasut serta dengki hanya akan merusak dirinya sendiri. Seperti orang melepaskan panah tapi berbalik mengenai pemanahnya. Dalam dalil dinyatakan, bahwa siapa saja yang berkata bengis walaupun benar apalagi salah, akan menyebabkan kerusakan. Tidak berapa lama Sri Narendro (raja) tiba kembali dari perjalanan. Ki Patih segera menyambut dengan penuh hormat lalu menyampaikan laporan bahwa selir ayu Johariyah telah diganggu sang guru Syekh Syihabudin. "Saat itu hamba melihat, maka dengan segala daya upaya hamba segera menggagalkan niat jahat sang guru tersebut," begitulah Ki Patih menyebar fitnah bagi keselamatan diri sendiri. Tidak hanya sampai disitu. Dengan wajah tanpa dosa, Ki Patih melaporkan, "Baginda, hamba punya firasat bahwa Sang Guru akan menjelek-jelekkan hamba karena hamba menyaksikan semua peristiwa di tamansari tersebut". (jss/bersambung)